Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sengketa LTS

Filipina: Bentrokan Tak Akan Picu Pakta Pertahanan

Foto : AFP/ARMED FORCES OF THE PHILIPPINES-PUBLIC AFFAIRS

Cuplikan gambar dari rekaman video yang dirilis Humas Angkatan bersenjata Filipina pada Rabu (19/6) memperlihatkan personel Penjaga Pantai Tiongkok (tengah) sedang menghunuskan senjata tajam saat mereka bentrok dengan pelaut AL Filipina pada Senin (17/6) tak jauh dari Second Thomas Shoal di LTS. Terkait bentrokan ini, Manila menyatakan bahwa insiden ini tidak akan memicu diberlakukannya pakta pertahanan bersama Filipina-AS.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Konfrontasi di Laut Tiongkok Selatan (LTS) pekan ini yang memperlihatkan personel Penjaga Pantai Tiongkok mengacungkan senjata dan menabrak kapal Angkatan Laut Filipina, tidak akan memicu diberlakukannya pakta pertahanan bersama Manila dengan Amerika Serikat (AS), kata juru bicara kepresidenan di Manila pada Jumat (21/6).

Sebelumnya rekaman video yang dirilis oleh Manila menunjukkan para pelaut Penjaga Pantai Tiongkok mengacungkan pisau, kapak, dan senjata lainnya, dalam bentrokan pada Senin (17/6) lalu, di mana seorang pelaut Filipina kehilangan ibu jarinya, ketika mereka menghentikan upaya Angkatan Laut Filipina untuk mengirimkan pasokan ke garnisun Filipina yang ditempatkan pada BRP Sierra Madre, sebuah kapal perang yang sengaja dikandaskan Manila di LTS.

"Kami belum siap untuk menganggap ini sebagai serangan bersenjata," kata sekretaris eksekutif Presiden Ferdinand Marcos, Lucas Bersamin, kepada wartawan ketika ditanya apakah Manila akan meminta Washington DC untuk menegakkan pakta pertahanan bersama tahun 1951.

Bentrokan pada awal pekan ini adalah yang terbaru dari serangkaian konfrontasi yang meningkat ketika Beijing meningkatkan upayanya untuk memaksakan klaimnya atas wilayah yang disengketakan.

Pakta pertahanan bersama AS-Filipina mengharuskan kedua belah pihak untuk saling membela jika terjadi "serangan bersenjata" terhadap kapal, pesawat terbang, militer, dan penjaga pantai dimanapun di wilayah Pasifik, yang menurut Washington DC mencakup LTS.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah berbicara dengan Menlu Filipina, Enrique Manalo, pada Rabu (19/6) tentang tindakan eskalasi yang dilakukan Tiongkok baru-baru ini, kata Kementerian Luar Negeri Filipina dalam sebuah pernyataan.

"Menlu Blinken mengatakan tindakan Tiongkok telah merusak perdamaian dan stabilitas regional dan menggarisbawahi komitmen kuat AS terhadap Filipina berdasarkan perjanjian pertahanan bersama," ungkap kementerian tersebut.

Dalam bentrokan itu, seorang pelaut Filipina kehilangan jempolnya ketika sebuah kapal kecil Tiongkok menabrak perahu karet milik Angkatan Laut Filipina. Penjaga Pantai Tiongkok juga menyita atau menghancurkan peralatan Filipina, termasuk senjata dan perahu karet, kata militer Filipina.

Bentrokan yang terjadi pada Senin pun telah meningkatkan kekhawatiran bahwa Tiongkok akan berusaha memasuki BRP Sierra Madre dan mengusir pasukan Filipina yang berjaga di sana.

"Hal ini selalu menjadi pertimbangan, dan kami akan bersiap untuk itu," kata Andres Centino, pensiunan jenderal Filipina yang kini menjadi penasihat presiden bidang maritim, kepada wartawan, Jumat.

Inisiatif Hanoi

Sementara itu pada Jumat (21/6) Vietnam mengatakan pihaknya bersedia melakukan pembicaraan dengan Filipina untuk mencari langkah-langkah yang sejalan dengan kepentingan kedua negara, setelah Manila pekan lalu mengajukan klaim ke PBB atas perluasan landas kontinen di LTS.

"Vietnam sekali lagi menegaskan kedaulatannya atas kepulauan Hoang Sa dan Truong Sa sesuai dengan hukum internasional," kata Pham Thu Hang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, merujuk pada Kepulauan Paracel dan Spratly.

Vietnam dan Filipina termasuk di antara negara-negara yang mengklaim sebagian wilayah LTS, jalur perairan maritim global yang amat sibuk dan hampir seluruhnya diklaim oleh Tiongkok.

Filipina pekan lalu mengajukan klaim ke PBB atas landas kontinen yang luas di LTS yang menjadi jalur perdagangan senilai 3 triliun dollar AS setiap tahunnya dan diyakini kaya akan cadangan minyak dan gas alam, serta stok ikan.

"Negara-negara pesisir, ketika mengajukan batas landas kontinen terluarnya, harus menghormati hak dan kepentingan sah negara pantai lain yang relevan dengan garis pantai yang berlawanan atau berdekatan," kata Hang dalam pernyataannya. AFP/ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top