Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Kemarau

873 Hektare Tanaman Padi di Lebak Terancam Kekeringan

Foto : ANTARA/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS

Kondisi lahan persawahan yang mengalami kekeringan di Cibadak, Lebak, Banten, beberapa waktu lalu. Banten terancam kekeringan akibat kemarau panjang atau El Nino berdasarkan laporan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan.

A   A   A   Pengaturan Font

RANGKASBITUNG - Seluas 873 hektare tanaman padi pada 14 kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten, terancam kekeringan akibat kemarau panjang atau El Nino berdasarkan laporan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT).

"Kami berupaya melakukan pemasangan pompa dan irigasi pompanisasi di lahan-lahan yang terdapat sumber mata air," kata Kepala bidang Produksi Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak, Deni Iskandar, saat dihubungi di Rangkasbitung, Lebak, Kamis (8/8).

Seperti dikutip dari Antara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak optimistis tanaman padi yang terancam kekeringan itu bisa diselamatkan dengan pemasangan pompa dan irigasi pompanisasi khususnya di lahan-lahan yang terdapat sumber mata air permukaan Sungai Ciujung, Sungai Ciberang, Sungai Cisimeut, dan aliran sungai lainya.

Selain itu, di lahan-lahan yang tidak memiliki sumber mata air, kata Deni, dipastikan dibangun sumur bor dan pompa satelit. Dengan demikian, pihaknya meyakini ratusan hektare tanaman padi yang terancam kekeringan bisa menghasilkan panen pada Agustus-September 2024.

Deni mengatakan tanaman padi yang terancam kekeringan itu usianya rata-rata 40-70 hari setelah tanam. "Kami sekarang tengah melakukan pemasangan pompa dan irigasi pompanisasi di lahan kekeringan, tetapi memiliki sumber mata air," kata Deni.

Deni menyebutkan lahan seluas 873 hektare terancam kekeringan itu tersebar pada 14 kecamatan, yaitu Malingping, Wanasalam, Bayah, Banjarsari, Gunungkencana, Muncang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Cibadak, Kalanganyar, dan Maja.

Cegah Gagal Panen

Saat ini, Petugas Penyuluh Lapang (PPL) dan POPT terus mengoptimalkan pemantauan agar bisa dilakukan pemasangan pompa untuk menyelamatkan tanaman padi dari ancaman kekeringan.

"Kami tetap mewaspadai kekeringan akibat kemarau itu agar tidak menimbulkan gagal panen," katanya.

Sementara itu, sejumlah petani di Desa Pasir Kupa, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, mengatakan 50 hektare areal persawahan di daerah itu terancam kekeringan akibat kemarau panjang.

"Kami mengajukan pemasangan sumur bor dan pompa satelit untuk memenuhi ketersediaan air, karena tidak memiliki sumber mata air permukaan," kata Mista (60 tahun) seorang petani di Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak.

Sebelumnya, sejumlah petani di Kabupaten Lebak menggunakan pompa secara mandiri untuk mengatasi kekeringan di sawah dan tanaman alami gagal panen. "Kami sejak sepekan terakhir ini menggunakan pompa dengan kapasitas tiga inci untuk mengaliri tanaman padi seluas satu hektare," kata Didin (55) seorang petani di Blok Lalay Cibadak Kabupaten Lebak.

Areal tanaman padi di blok Lalay seluas 30 hektare usia padi rata-rata 30 hari setelah tanam, sehingga diperlukan adanya pengairan agar tumbuh subur dan bisa dipanen. Saat ini, musim kemarau atau El Nino yang mengakibatkan terjadi kekeringan sehingga mengancam gagal panen.

Karena itu, petani yang mampu secara mandiri menggunakan pompa dengan menyedot air dari Kali Cisangu agar terpenuhi ketersediaan pasokan air. "Kami terpaksa memanfaatkan pompa dengan biaya sendiri agar tanaman padi bisa dipanen. Bahkan, sejak sepekan ini sudah habis membeli bahan bakar 350 ribu rupiah," kata Dindin.

Begitu juga Yasin (55 tahun), petani di Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, mengaku mereka petani di blok sini untuk mengatasi kekeringan dengan menggunakan pompa untuk menyedot air dari Sungai Ciujung.

Sebab, hingga kini bantuan pompa dari pemerintah setempat belum ada, sehingga petani secara mandiri. "Kami menggunakan pompa dengan kapasitas empat inci dan bisa mengaliri lima hektare," katanya.

Menurut dia, dipastikan biaya produksi tanaman padi pada musim kemarau meningkat hingga bisa mencapai 13 juta rupiah dari sebelumnya delapan juta rupiah/hektare.

Biaya produksi itu tentu petani menanggung sendiri agar tidak terjadi gagal panen. "Kami berharap tanaman padi seluas dua hektare bisa dipanen pada awal November 2023 dengan pompa itu," kata Yasin.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top