Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 31 Des 2024, 13:30 WIB

5 Cara Menghadapi Kerabat Narsis Saat Kumpul Keluarga di Musim Liburan

Kamu tidak harus terlibat.

Foto: The Conversation/BearFotos/Shutterstock

Ava Green, City St George's, University of London

Musim liburan telah tiba. Ruang publik ramai dengan gemerlap perayaan, lampu-lampu berkilauan, dan lagu-lagu Natal yang ceria. Banyak dari kita menantikan untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga dan teman-teman. Meski demikian, bagi sebagian orang, musim libur perayaan seperti ini tidak selalu membawa keceriaan.

Beberapa orang merasa berat menghabiskan periode ini tanpa orang-orang tercinta. Yang lainnya merasa khawatir karena harus menghabiskannya bersama keluarga besar atau kerabat.

Bisa saja ada sepupumu yang akan kembali memicu perdebatan sengit di meja makan, dengan terang-terangan mengintimidasi orang lain dan enggan memahami sudut pandang mereka. Bisa jadi ayahmu membawa hadiah mewah dan mengkritik pemberian orang lain yang dianggapnya tidak memadai. Atau mungkin saja tantemu kan berusaha mencuri perhatian dan membicarakan segalanya tentang dirinya.

Perilaku semacam ini sering dikaitkan dengan narsisme, sebuah sifat kepribadian yang dimiliki semua orang dalam tingkat tertentu. Orang-orang narsis memiliki kebutuhan akan perhatian dan validasi yang tidak pernah terpuaskan. Mereka merasa berhak mendapatkan perlakuan istimewa, tidak mampu berempati, memanfaatkan orang lain untuk meningkatkan harga diri mereka, serta menunjukkan perilaku mengontrol dan manipulatif.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang dengan anggota keluarga narsistik merasa tidak nyaman dengan datangnya musim liburan.

Kabar baiknya, kamu tak harus menghadapi musim kumpul keluarga seperti ini dengan kekecewaan dan frustrasi. Berikut adalah beberapa cara untuk menghadapi interaksi ini sambil menjaga dirimu sendiri.

1. Batasi Interaksi

Tidak semua orang dapat menghindari orang-orang yang menyebalkan, terutama jika mereka adalah orang tua atau saudaramu sendiri. Jika kamu tidak bisa sepenuhnya menghindari kerabat narsistik, pertimbangkan untuk membatasi waktu yang kamu habiskan bersama mereka.

Bayangkan kakak perempuanmu menyerangmu atau menciptakan keributan untuk menarik perhatian. Siapkan rencana untuk keluar dari percakapan atau bahkan acara dengan elegan jika keadaan terlalu menguras emosi.

2. Tentukan batasan yang sehat

Ciri khas dari narsisme adalah kurangnya empati. Karena ketidakmampuan mereka untuk berempati, orang narsistik sering kali melanggar batasan dan mendahulukan kebutuhan mereka dibandingkan kebutuhanmu. Menetapkan ekspektasi realistis dan merencanakan dengan baik dapat membantu meredakan rasa frustrasi dan kekecewaan.

Misalnya, jika kamu terlibat dalam adu argumen dengan sepupumu, ia mungkin mengabaikan kebutuhan, perspektif, dan perasaanmu. Dalam situasi seperti ini, tetapkan batasan sehat dengan mengalihkan percakapan untuk menetralkan potensi konflik.

Dalam situasi apa pun, tetapkan batasan sehat dengan mengalihkan percakapan untuk menetralkan potensi konflik. Kamu bisa membahas hal yang menarik minatnya dengan bertanya, seperti “Ngomong-ngomong, sudah nonton episode terbaru dari (acara favoritnya)?” atau “Apakah kamu akan menonton pertandingan sepak bola minggu depan (tim favoritnya)?”

Jika tidak berhasil, tetapkan batasanmu dengan tegas dan singkat, misalnya dengan mengatakan, “Saya tidak ingin membicarakan hal ini sekarang.”

3. Fokus pada hal yang bisa kamu kendalikan

Ciri khas lainnya dari narsisme adalah regulasi emosi yang buruk. Orang dengan sifat narsistik berlebih mungkin merasa kesal atau tersinggung dan merespons dengan kemarahan dan agresi jika mereka merasa diperlakukan tidak adil atau dikritik.

Dalam situasi seperti ini, mereka mungkin memanipulasi, mengintimidasi, dan merendahkan orang lain untuk meningkatkan posisi mereka sendiri. Tahan diri kamu untuk tidak bersikap defensif dan fokus pada apa yang dapat kamu kendalikan: Bagaimana kamu merespons.

Jika seseorang meremehkanmu karena hadiahmu yang dianggap “sederhana” atau karena belum mencapai kesuksesan yang mereka nilai sebagai standar, gunakan taktik “grey rocking"–jadilah tidak reaktif, membosankan, dan tidak menarik. Taktik ini akan menghindari memicu kebutuhan mereka akan perhatian.

Ingatlah bahwa serangan mereka bukanlah sesuatu yang personal–ini bukan tentang kamu, tetapi tentang kebutuhan mereka akan kontrol.

4. Lihat dengan empati

Jika semua upaya gagal, kamu bisa ‘memanipulasi’ kerabat narsistik untuk menunjukkan sedikit empati. Penelitian menunjukkan bahwa empati dapat dibingkai ulang dengan cara yang membuatnya menarik bagi individu narsistik.

Meskipun strategi ini berpotensi berbalik arah dan kamu bisa mencobanya dalam situasi yang mendesak.

Sebagai contoh, kamu bisa menyampaikan fakta atau cerita tentang bagaimana orang yang pandai memahami sudut pandang orang lain lebih sukses sebagai pemimpin dibandingkan mereka yang tidak. Orang narsistik ingin terlihat unggul dalam segala hal, jadi jika kamu membuat empati terlihat menguntungkan, mereka mungkin lebih cenderung menunjukkannya–atau setidaknya berpura-pura melakukannya.

5. Jaga diri

Saat mencoba semua ini, pastikan kamu memprioritaskan kesejahteraan mental dan emosionalmu. Tidak apa-apa untuk pergi ke ruang lain untuk mendapatkan ketenangan atau keluar untuk berjalan-jalan. Ingatlah bahwa kamu tidak harus terlibat, berinteraksi, atau tinggal selama acara berlangsung demi alasan "kebersamaan keluarga”.

Luangkan waktu untuk bersantai di tempat yang membuat kamu merasa aman dan ciptakan waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu nikmati, seperti memanggang kue, menonton film Natal favoritmu, atau membungkus kado. Usahakan untuk meminimalkan waktu satu lawan satu dengan orang-orang yang menguras energimu. Sebaliknya, habiskan waktu bersama anggota keluarga yang lebih pengertian, empatik, dan mendukung.

Apapun dinamika kekuatan dalam hidupmu, kamu dapat mempertahankan keaslian diri dengan penuh percaya diri. Ini bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk mengembangkan diri di musim liburan ini.The Conversation

Ava Green, Lecturer in Forensic Psychology, City St George's, University of London

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Redaktur: -

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.