
333 Juta Anak Terjebak dalam Kemiskinan Ekstrem

CATHERINE RUSSELL Direktur Eksekutif UNICEF - Krisis yang semakin parah, akibat dampak Covid-19, konflik, perubahan iklim, dan guncangan ekonomi, telah menghambat kemajuan.
Pandemi Covid-19 menyebabkan perlambatan dalam upaya mengatasi 333 juta anak yang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem.
NEW YORK - Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa- Bangsa atau The United Nations Children's Fund (UNICEF) dan Bank Dunia, melaporkan pandemi Covid-19 telah menyebabkan perlambatan tajam dalam upaya mengakhiri kemiskinan anak, dengan 333 juta anak masih hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Dikutip dari Agence France-Presse (AFP), Rabu (13/9), laporan ini juga mengatakan pandemi menghambat upaya pemberantasan kemiskinan ekstrem, dengan 30 juta anak lebih sedikit dibandingkan perkiraan sebelumnya. Akibatnya, sekitar satu dari enam anak masih hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dollar AS per hari.
"Krisis yang semakin parah, akibat dampak Covid-19, konflik, perubahan iklim, dan guncangan ekonomi, telah menghambat kemajuan, dan menyebabkan jutaan anak berada dalam kemiskinan ekstrem," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, dalam sebuah pernyataan.
Temuan-temuan dalam laporan ini menghambat pencapaian tujuan ambisius PBB untuk memberantas kemiskinan ekstrem anak pada tahun 2030.
"Dunia di mana 333 juta anak hidup dalam kemiskinan ekstrem, tidak hanya kehilangan kebutuhan dasar, tetapi juga martabat, kesempatan atau harapan, tidak dapat ditoleransi," kata Direktur Global Kemiskinan dan Kesetaraan Bank Dunia, Luis-Felipe Lopez-Calva, dalam sebuah pernyataan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya