Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

3 Perubahan Sikap Orang Papua dalam Mengupayakan Pengakuan dan Penghormatan

Foto : ANTARA/Gusti Tanati Spt

Penari dari Kampung Yoka menampilkan tari Bh'ee dalam Festival Port Numbay 2024 di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua, Jumat (26/04/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Tiga hal tentang perubahan sikap orang asli papua (OAP) dalam upaya mendapat pengakuan dan penghormatan dalam ‘bingkai’ NKRI.

Vidhyandika Djati Perkasa, Centre for Strategic and International Studies, Indonesia

Selama beberapa dekade terakhir, ada sebagian orang asli Papua (OAP) yang lekat dengan citra separatisme, meskipun mereka bukan bagian dari gerakan separatisme. Ini diperparah dengan eksistensi gerakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang kerap dilaporkan melakukan pemberontakan hingga mengakibatkan korban jiwa dari masyarakat sipil dan dari aparat keamanan sendiri.

Tuntutan untuk "merdeka" yang bergaung di tengah masyarakat Papua itu bukan tanpa alasan. Sebab, mereka memiliki memoria passionis, yakni suatu kenangan akan penderitaan khususnya akibat ketidakadilan, diskriminasi, kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia, yang traumatis.

Namun, dari hasil observasi antropologis saya selama beberapa waktu terakhir ini terhadap para akademisi, elit politik, birokrat OAP dan masyarakat biasa di Papua dalam menanggapi masa lalu yang menyakitkan ini, terlihat ada nuansa baru.

Alih-alih termakan oleh trauma, mereka secara strategis mengubah mentalitasnya dari "korban" menjadi "agen perubahan" yang berfokus untuk memajukan masyarakat Papua, serta menjadi lebih realistis dan terbuka terhadap pemerintah Indonesia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top