Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembangunan Nasional

25 Daerah Berpotensi Keluar dari Kategori Daerah Tertinggal

Foto : Koran Jakarta/M Fachri

PEMERATAAN PEMBANGUNAN -- Plt. Deputi Bidang Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Sorni Paskah Daeli menjelaskan pentingnya peran media dalam menyebarluaskan capaian strategis Kemenko PMK dalam acara “Deputy Meet the Press” di Media Center Kemenko PMK, Jakarta, Senin (24/6). Diskusi membahas strategi pemerataan pembangunan wilayah dan penanggulangan bencana serta pentingnya koordinasi antar-lembaga dan keterlibatan pemangku kepentingan.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Plt. Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Sorni Paskah Daeli, mengatakan ada sebanyak 25 daerah berpotensi keluar dari kategori daerah tertinggal (DT). Adapun total daerah yang mesti entas dari daerah tertinggal yaitu 62 daerah.

"Berdasarkan nilai Indeks Daerah Tertinggal tahun 2023, terdapat 25 Daerah yang telah memenuhi nilai ambang batas (60%) dan layak mendapatkan predikat DT Potensi Entas," ujar Sorni dalam taklimat media, di Jakarta, Senin (24/6).

Dia menerangkan, 25 daerah sudah memenuhi target RPJMN 2020-2024. Meski demikian perlu dilakukan pemantauan faktual di lapangan sebelum ditetapkan menjadi DT Entas melalui Keputusan Menteri Desa PDTT.

"Makanya ini kan sebenernya belum resmi juga, baru penetapannya di tahun 2025. Tapi indikasi ke arah itu sudah kelihatan karena tim sudah menilai, sudah ada nilai-nilainya," jelasnya.

Berbagai Tantangan

Sorni mengungkapkan, ada berbagai tantangan terkait pembanguan daerah tertinggal. Menurutnya, salah satu penyebab daerah tertinggal adalah sulitnya pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan dan jembatan.

Dia menambahkan, kondisi geografis di daerah tertinggal saat ini sulit diakses melalui jalur darat. Padahal, menurutnya, ketika ada akses jalan, dengan sendirinya perekonomian akan terbangun.

"Kendala utama sebenernya adalah pembangunan infrastruktur khususnya di Indonesia timur seperti Papua, Maluku, Maluku Utara, NTT, itu di situ. Nah daerahnya susah," katanya.

Terkait adanya transisi kepala daerah, menurutnya hal tersebut tidak berpengaruh signifikan. Meski beberapa penjabat daerah tidak memiliki visi dan tidak leluasa dalam penganggaran, tapi para birokrat di tingkat daerah tetap menjadi pelaksana.

"Jadi apakah dia pejabat sementara, memang sih ada kendala kalau pejabatnya dari Jakarta misalnya. Kan rata-rata pejabat dari Kemendagri yang menjadi kepala daerah di sana untuk Pj-nya. Ketika masa yang ini, kan belum tau lapangan, belum tahu orang-orang yang melakukan, birokratnya seperti apa. Jadi hambatannya hanya di situ," ucapnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top