Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 05 Mei 2022, 00:04 WIB

193 Juta Orang Hadapi Kekurangan Makanan

Jaringan Global Melawan Krisis Pangan/GNAFC - Prospek ke depan tidak bagus. Jika tidak banyak langkah yang dilakukan untuk mendukung masyarakat di perdesaan, maka skala kehancuran dalam hal kelaparan dan kehilangan mata pencaharian akan mengerikan.

Foto: ISTIMEWA

» Negara-negara yang hadapi kelaparan akut tinggi karena kebergantungan mereka yang tinggi pada impor makanan.

» Banyak keluarga di AS yang tidak tahu di mana lagi mereka akan mendapatkan makanan.

LONDON - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, konflik, cuaca ekstrem, dan guncangan ekonomi akan menambah jumlah orang yang menghadapi kekurangan makanan parah menjadi 193 juta jiwa pada tahun lalu. Ditambah dengan perang di Ukraina membuat kondisinya semakin memburuk.

Dalam laporan tahunan The Global Network Against Food Crises (Jaringan Global Melawan Krisis Pangan/ GNAFC) yang dibentuk oleh PBB dan Uni Eropa menyebutkan jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan pangan yang mendesak dan menyelamatkan jiwa hampir dua kali lipat dalam enam tahun sejak 2016.

"Prospek ke depan tidak bagus. Jika tidak banyak langkah yang dilakukan untuk mendukung masyarakat di perdesaan, maka skala kehancuran dalam hal kelaparan dan kehilangan mata pencaharian akan mengerikan," kata GNAFC seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/5).

"Perlu tindakan kemanusiaan yang mendesak dalam skala besar untuk mencegah hal itu terjadi,"sebutnya.

Laporan juga menyebutkan, kekurangan pangan yang mengancam kehidupan, mata pencaharian atau keduanya, kerawanan pangan akut pada tingkat krisis atau lebih buruk telah meningkat 40 juta orang atau 20 persen pada tahun lalu.

Di Ethiopia, Sudan Selatan, Madagaskar, dan Yaman, ada tambahan 570 ribu orang yang berada dalam fase kerawanan pangan yang paling parah atau "bencana", yang membutuhkan tindakan segera untuk mencegah runtuhnya mata pencaharian, kelaparan, dan kematian yang meluas.

Laporan juga mengatakan invasi Rusia ke Ukraina, di mana kedua negara adalah produsen pangan utama menimbulkan risiko serius bagi ketahanan pangan global, terutama di negara-negara krisis pangan termasuk Afghanistan, Ethiopia, Haiti, Somalia, Sudan Selatan, Suriah, dan Yaman.

Pada 2021 lalu, Somalia mendapat lebih dari 90 persen gandumnya dari Russia dan Ukraina, Republik Demokratik Kongo menerima 80 persen, sementara Madagaskar mengimpor 70 persen makanan pokok dari kedua negara.

"Negara-negara yang sudah menghadapi tingkat kelaparan akut yang tinggi sangat rentan terhadap (perang) karena kebergantungan mereka yang tinggi pada impor makanan dan kerentanan (mereka) terhadap guncangan harga pangan global," kata laporan itu.

Akhiri Kelaparan

Sementara itu, dari Washington dilaporkan, Gedung Putih akan menjadi tuan rumah Konferensi Kerawanan Pangan Pertama setelah 50 tahun terakhir. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, akan mengadakan konferensi tersebut pada September mendatang yang akan fokus pada upaya mengakhiri kelaparan dan meningkatkan nutrisi di seluruh negeri. Hal itu diumumkan, saat AS melihat tingkat kerawanan pangan yang lebih tinggi di tengah pandemi virus korona.

Gedung Putih terakhir menjadi tuan rumah konferensi yang berfokus pada kerawanan pangan lebih dari 50 tahun yang lalu, ketika Presiden Richard Nixon menjadi tuan rumah Konferensi Gedung Putih tentang Pangan, Gizi dan Kesehatan pada 1969. Peristiwa penting itu melahirkan perluasan program kupon makanan dan program makan siang di sekolah, pembuatan program gizi tambahan khusus untuk wanita, bayi dan anak, dan perbaikan label gizi.

Gedung Putih berharap konferensi tahun ini akan menghasilkan rencana untuk membantu mengurangi tingkat diabetes, obesitas dan hipertensi di antara orang Amerika dan mempercepat upaya untuk mengakhiri kelaparan di seluruh bangsa.

Konferensi diadakan ketika harga bahan makanan yang meroket dan masalah rantai pasokan semakin berkontribusi pada kerawanan pangan, memperburuk masalah yang sudah ada dan mempersulit orang Amerika untuk berbelanja makanan pokok mingguan.

"Terlalu banyak keluarga yang tidak tahu di mana mereka akan mendapatkan makanan berikutnya," kata Biden dalam sebuah video yang mengumumkan konferensi tersebut, Rabu (4/5) seperti dikutip dari CNN.com.

"Pandemi adalah pengingat yang jelas akan perlunya tindakan mendesak dan berkelanjutan. Karena semakin banyak orang Amerika yang mengalami kelaparan, kami melihat penyakit terkait diet meningkatkan risiko Covid yang parah. Sudah waktunya kita membuat perubahan nyata," kata Biden.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.