Sahle-Work Jadi Presiden Perempuan Ethiopia Pertama
Sahle-Work Zewde
Foto: AFP/Eric PIERMONTADDIS ABABA - Parlemen Ethiopia pada Kamis (25/10) menunjuk seorang perempuan untuk menjabat sebagai presiden. Walau berdasarkan konstitusi jabatan politik itu sifatnya seremonial, namun telah meningkatkan perwakilan kaum perempuan di pemerintahan Ethiopia.
"Parlemen menunjuk diplomat karier Sahle-Work Zewde, 68 tahun, sebagai Presiden Ethiopia, untuk menggantikan Mulatu Teshome yang mengundurkan diri pada Rabu (24/10) dengan alasan yang tak jelas," demikian pernyataan pemerintah Ethiopia.
Sepekan sebelumnya, Perdana Menteri Abiy Ahmed membentuk kabinet yang telah dirampingkan dengan jumlah 20 kementerian, dimana setengah dari kementerian itu dipimpin oleh perempuan.
Dua kementerian utama yaitu Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perdamaian yang bertanggung jawab atas dinas kepolisian dan lembaga intelijen domestik Ethiopia, dipegang oleh perempuan bernama Aisha Mohammed dan Muferiat Kamil.
"Jika perubahan terkini di Ethiopia akan mengarah pada kesetaraan antara kaum pria dan permpuan, maka momentum itu patut dipertahankan demi mewujudkan Ethiopia yang makmur dan bebas dari diskriminasi agama, etnis, dan jender," kata Sahle-Work.
Sebelum ditunjuk jadi Presiden Ethiopia, Sahle-Work, pernah menjabat sebagai Duta Besar Ethiopia untuk Prancis, Djibouti, Senegal, dan duta besar untuk lembaga regional Intergovernmental Authority on Development (IGAD). Terakhir, perempuan yang lahir di Addis Ababa dan pernah menempuh bangku kuliah di Prancis itu, menjabat sebagai petinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Uni Afrika.
Perjuangkan Perdamaian
Saat berpidato di parlemen, Sahle-Work, mengatakan bahwa Ethiopia saat ini telah siap untuk memulai perubahan, setelah presiden sebelumnya telah merintis jalan menuju perubahan itu. "Saya menyeru semua pihak untuk mendukung dan bersiap melakukan perubahan," ucap presiden perempuan itu.
Kekuasaan politik di Ethiopia dipegang oleh perdana menteri, sementara tugas dari seorang presiden dibatasi hanya untuk menghadiri sebuah upacara dan bersifat simbolis saja. Namun ketika seorang perempuan menjabat sebagai Presiden Ethiopia, maka posisi Sahle-Work amat penting karena memiliki nilai simbolis serta pengaruh sosial yang tinggi.
"Pemerintah dan partai oposisi telah menyadari bahwa kita tinggal di dewan perwakilan yang sama dan fokus untuk mempersatukan kita, bukan untuk memecah belah kita, demi terciptanya negara dan generasi yang membuat kita semua bangga," imbuh dia.
Ditambahkan oleh Sahle-Work saat perdamaian hilang, kaum yang paling menderita adalah perempuan. "Selama saya menjabat sebagai Presiden Ethiopia, maka saya akan menekankan peran kaum perempuan dengan menjamin terjadinya perdamaian dan keuntungan dari perdamaian bagi kaum hawa," imbuh dia.
Saat ini Sahle-Work jadi satu-satunya kepala negara perempuan di Benua Afrika. Sebelumnya negara-negara di Afrika juga pernah dipimpin oleh seorang presiden seperti Ellen Johnson Sirleaf yang jadi Presiden Liberia untuk periode 2006-2018, dan Joyce Banda yang jadi Presiden Malawi untuk masa jabatan 2012-2014. AFP/I-1
Redaktur: Ilham Sudrajat
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 4 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
- 5 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
Berita Terkini
- Indonesia - Inggris Bahas Rencana Kerja Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan
- Tim Antawirya Undip Juara di Kompetisi Nasional Mobil Hemat Energi
- Tren Suhu Panas di Indonesia berakhir, Ditandai Hujan Awal November
- Genap 1 Dekade, PTP Nonpetikemas Terus Lakukan Transformasi Perusahaan
- Antisipasi Bencana Hidrometeorologi, BPBD Karimun Siaga 24 Jam