Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

WTO Gagal Capai Perjanjian Penangkapan Ikan

Foto : istimewa

Pembicaraan yang dianggap penting untuk membantu memulihkan stok ikan yang ditangkap secara berlebihan telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun di WTO.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Negara-negara dan kelompok lingkungan pada hari Selasa (23/7), menyuarakan keprihatinan dan kekecewaan setelah rancangan perjanjian untuk memotong subsidi perikanan gagal disahkan. Tiongkok menyerukan perubahan besar dalam cara negara-negara bernegosiasi di Organisasi Perdagangan Dunia atauWorld Trade Organisation(WTO).

Dikutip dari The Straits Times, pembicaraan yang dipandang penting untuk membantu pemulihan stok ikan yang ditangkap secara berlebihan - telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun di WTO, dengan paket awal yang disetujui pada tahun 2022.

Tahap kedua, yang menangani beberapa isu tersulit yang masih tersisa, telah dirancang untuk disetujui dalam pertemuan WTO minggu ini, tetapi diblokir oleh India yang mengkritik apa yang disebutnya sebagai "kekurangan signifikan" perjanjian tersebut sambil mencari pengecualian yang lebih dalam bagi negara-negara berkembang.

Akibatnya, pembicaraan tersebut diturunkan dari yang siap diadopsi menjadi sekadar "dibahas" oleh 166 anggota WTO, yang mana salah satu dari mereka dapat memblokir kesepakatan berdasarkan aturan badan tersebut.

"Kami sangat prihatin dengan pekerjaan kami di masa mendatang di WTO terkait negosiasi ini," kata Duta Besar Amerika Serikat, Maria Pagan.

"Kami merasa sulit memahami tujuan makalah-makalah ini ketika mereka kembali memperkenalkan topik-topik yang telah diperdebatkan dan didiskusikan berulang kali," katanya mengenai usulan India.

Tiongkok, salah satu pemberi subsidi utama, menyuarakan kekecewaan mendalam karena perjanjian ini tidak diadopsi.

"Ikan dan planet ini tidak dapat menunggu lebih lama lagi," kata Duta Besar Li Chenggang, yang tidak menyebut nama India tetapi merujuk pada beberapa kegagalan pembicaraan ini "karena alasan yang sama atau serupa".

"Kita perlu memikirkan cara untuk keluar dari dilema ini, mari kita berubah. Tidak ada reformasi, tidak ada keberhasilan," katanya.

Kelompok lingkungan juga menyatakan penyesalannya.

"Semakin lama kita menunda, semakin banyak nelayan yang dirugikan oleh subsidi yang merugikan dan menghabiskan populasi ikan yang menjadi tumpuan masyarakat pesisir," kata Ernesto Fernandez Monge dari Pew Charitable Trusts.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top