Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

WHO Memperluas Cakupan Inisiatif untuk Memerangi Tuberkulosis hingga 2027

Foto : Dok. WHO

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

A   A   A   Pengaturan Font

Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh pada 24 Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan perluasan cakupan Inisiatif Unggulan Direktur Jenderal (DG) terkait Tuberkulosis selama periode 2023 hingga 2027. Perluasan ini dilakukan WHO untuk mendukung kemajuan pelacakan cepat menuju penghentian TB dan mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2030.

Seperti sebelumnya, inisiatif Ditjen WHO untuk Tuberkulosis ini akan menyoroti kebutuhan mendesak untuk meningkatkan investasi domestik dan internasional dalam layanan, penelitian, dan inovasi, khususnya dalam hal pengembangan vaksin Tuberkulosis baru. Pasalnya terlepas dari kemajuan yang dicapai dalam program sebelumnya, Tuberkulosis tetap menjadi salah satu penyebab kematian akibat penyakit menular teratas di dunia. WHO mencatat, Tuberkulosis menyebabkan sebanyak 1,6 juta kematian setiap tahun dan mempengaruhi jutaan lainnya, dengan dampak yang sangat besar pada keluarga dan masyarakat.

Belum lagi beban yang meningkat akibat pandemi Covid-19, ditambah dengan krisis yang sedang berlangsung, seperti konflik bersenjata, kerawanan pangan, perubahan iklim, ketidakstabilan politik dan ekonomi, juga turut membuat usaha memerangi Tuberkulosis yang diupayakan WHO dan negara-negara anggotanya menjadi stagnan atau bahkan mengalami kemunduran. Tahun lalu misalnya, untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade, WHO melaporkan peningkatan jumlah orang yang mengalami Tuberkulosis, termasuk Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO). Begitu pula dengan angka kematian akibat Tuberkulosis yang juga dilaporkan mengalami peningkatan.

"TB dapat dicegah, diobati, dan disembuhkan, namun momok kuno yang telah menimpa umat manusia selama ribuan tahun ini terus menyebabkan penderitaan dan kematian jutaan orang setiap tahunnya," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Inisiatif utama Ditjen WHO bertujuan untuk mendorong tindakan multisektoral dan akuntabilitas untuk mengatasi pendorong utama epidemi Tuberkulosis, antara lain kemiskinan, kekurangan gizi, diabetes, HIV, penggunaan tembakau dan alkohol, juga kondisi hidup dan kerja yang buruk. Melalui inisiatif ini, WHO juga menyerukan peningkatan layanan dan program Tuberkulosis, terutama di negara-negara dengan beban Tuberkulosis yang tinggi. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pemberian perawatan berkualitas kepada orang yang hidup dengan TB melalui akses yang adil ke diagnosis cepat yang direkomendasikan WHO.

"WHO berkomitmen mendukung negara-negara untuk meningkatkan respons mereka, dengan memperluas akses ke layanan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati TB sebagai bagian dari perjalanan mereka menuju cakupan kesehatan universal, dan untuk memperkuat pertahanan mereka terhadap epidemi dan pandemi," sambung Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Pada kesempatan yang sama, WHO turut mendesak negara-negara anggota untuk mempercepat peluncuran rejimen pengobatan pasien Tuberkulosis RO menggunakan all oral regimen atau paduan obat tanpa injeksi lebih pendek yang direkomendasikan WHO untuk Tuberkulosis RO. WHO mencatat, Tuberkulosis RO terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mendesak.

Pada tahun 2021, hampir setengah juta orang jatuh sakit dengan Tuberkulosis RO, namun hanya satu dari tiga yang mengakses pengobatan. Rejimen pengobatan ini dinilai WHO berpotensi meningkatkan tingkat kesembuhan secara signifikan karena efektivitasnya yang tinggi, menawarkan akses yang lebih luas karena biayanya lebih rendah, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

"Pada Hari TB Sedunia, WHO mendesak komitmen politik yang tegas di tingkat tertinggi, kolaborasi multisektoral yang kuat termasuk di luar kesehatan, dan sistem akuntabilitas yang efektif. Kami membutuhkan semua orang untuk melakukan bagian mereka untuk mengakhiri TB. Bersama-sama, ya, kita bisa mengakhiri TB," ujar Tereza Kasaeva, Direktur Program Tuberkulosis Global WHO.

Selain itu, terkait langkah memberantas Tuberkulosis, Majelis Umum PBB akan mengadakan tiga Pertemuan Tingkat Tinggi pada bulan September 2023, yang berfokus pada UHC, kesiapsiagaan dan tanggapan terhadap pandemi, serta mengakhiri Tuberkulosis.

"Tahun 2023 adalah kesempatan kita untuk memajukan agenda menuju pemberantasan TB," lanjut Kasaeva.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top