Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Dampak La Nina - Pembangunan Pertanian Perlu Adaptif terhadap Tantangan Perubahan Iklim

Waspadai Risiko Gagal Panen

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di sektor pertanian, curah hujan tinggi dapat menyebabkan gagal panen akibat banjir dan peningkatan serangan organisme penganggu tanaman.

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu mengantisipasi lebih dini dampak La Nina tahun ini. Sebab, pertanian dan perikanan merupakan dua sektor paling rentan terdampak cuaca ekstrem tersebut. Fenomena La Nina diperkirakan terjadi hingga Februari tahun depan.

Pengajar Fakultas Kesehatan dan Pertanian Universitas Katolik (Unika) Santo Paulus Ruteng Nusa Tenggara Timur (NTT), Yohanes Jakri mengatakan La Nina ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, memberi keuntungan karena melimpahnya air, namun juga membawa mudarat.

"Banyak air itu bagus, tetapi kelebihan air juga bisa merusak tanaman sehingga mengganggu produktivitas. Karena itu antisipasi dini oleh kementerian teknis perlu dilakukan agar kerusakan tidak menjadi besar, sebab itu bisa mengganggu produksi pertanian secara nasional," tegasnya pada Koran Jakarta, Jumat (29/10).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, di sektor pertanian, La Nina menyebabkan kondisi kurang menguntungkan, misalnya kerusakan tanaman dan lahan akibat banjir dikarenakan curah hujan tinggi, meningkatnya kelembapan udara, dan munculnya organisme pengganggu tanaman (OPT).

"Pasca panen, curah hujan yang tinggi akan mengurangi kualitas hasil panen karena kadar air yang meningkat," ucap Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Sekolah Lapang sebagai antisipasi dampak La Nina.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top