Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Normalisasi Moneter AS - Sikap “Dovish” The Fed Tak Sesuai Ekspektasi Pasar

Waspadai Kenaikan Lanjutan FFR

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diminta berhati-hati menghadapi rencana normalisasi kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, terutama kenaikan bunga acuan dan perampingan neraca keuangan. Sebab, langkah The Fed tersebut bisa berisiko menimbulkan masalah likuiditas di pasar keuangan Indonesia.

The Fed kembali memberikan sinyalemen kelanjutan upaya pengetatan moneter melalui kenaikan bunga acuan secara bertahap tahun ini atau dovish meskipun rencana itu tak sesuai ekspektasi pasar yang menginginkan secepatnya dilakukan atau hawkish. Meski demikian, Indonesia tetap harus mewaspadai sikap The Fed tersebut.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, memperingatkan ketika Fed Fund Rate (FFR) naik, arus modal keluar atau capital outflow tak terhindarkan. Kondisi itu, lanjutnya, akan mengganggu likuiditas di dalam negeri. "Padahal, likuiditas kita di sektor perbankan juga sedang tertekan.

Indikatornya dari pertumbuhan kredit dan DPK yang masih di bawah 10 persen," kata Abra kepada Koran Jakarta, Kamis (13/7). Karena itu, Abra menilai Bank Indonesia (BI) harus melakukan upaya antisipasi sebelum FFR naik, terutama dengan menjaga likuiditas sektor keuangan dan pasar modal.

Menurut Abra, BI jangan sampai memperlonggar kebijakan moneter, termasuk penurunan suku bunga acuan atau 7 Day Repo Rate. "Jadi jangka pendek, BI tetap pertahankan suku bunga acuan," kata dia. Kemudian, BI juga diharapkan bisa menstimulus sektor keuangan dan perbankan supaya lebih gencar lagi mengoptimalkan dana-dananya untuk disalurkan di sektor produktif.

"Jadi, dana-dana itu sekarang kan banyak yang kembali ke BI, mengendap," kata dia. Kemudian, apa yang dilakukan BI melalui Giro Wajib Minimal (GWM) Averaging, menurut Abra, sebenarnya merupakan bentuk antisipasi BI. "Jadi, GWM averaging salah satu tujuannya untuk memitigasi risiko likuiditas yang semakin kering nanti kalau ada kenaikan Fed Rate," tukasnya.

Perampingan Neraca

Seperti diketahui, Gubernur The Fed, Janet Yellen, mengatakan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga acuan secara bertahap dan mengurangi neracanya tahun ini sekaligus memantau inflasi secara ketat. "Komite (Pasar Terbuka Federal) terus berharap bahwa evolusi ekonomi dari waktu ke waktu akan menjamin kenaikan tingkat suku bunga federal fund secara bertahap untuk mencapai dan mempertahankan lapangan kerja maksimum dan harga-harga yang stabil," kata Yellen dalam kesaksiannya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS di Washington DC, Rabu (12/7) waktu setempat.

Menurut Yellen, suku bunga acuan mungkin tidak jauh dari posisi netral dimana ekonomi mencapai lapangan kerja penuh, berjalan sejalan dengan tren pertumbuhan dan memiliki harga-harga yang stabil. Sebagai bagian dari proses normalisasi kebijakan moneternya, The Fed akan mengurangi neraca 4,5 triliun dolarnya. Dalam pertemuan kebijakannya pada Juni, The Fed mengumumkan rencana rinci tentang bagaimana mengurangi neraca keuangannya.

ahm/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top