Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Makroekonomi - Inflasi pada Agustus 2019 Tercatat Sebesar 0,12 Persen secara Bulanan

Waspadai Inflasi Pangan ke Depan

Foto : ANTARA/ADIWINATA SOLIHIN

INFLASI MELAMBAT - Seorang pedagang membungkus adonan makanan Ilabulo dengan daun pisang di Desa Butu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (2/9). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Agustus 2019 tercatat sebesar 0,12 persen secara bulanan, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,31 persen.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tekanan inflasi kembali mengendur pada Agustus lalu sekaligus melanjutkan tren pelambatan sejak Juni lalu. Meski demikian, pemerintah bersama otoritas lainnya perlu mewaspadai potensi lonjakan inflasi pangan ke depan sebagai dampak musim kemarau. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan emas menjadi salah satu penyumbang inflasi pada Agustus lalu.

Hal itu disebabkan permintaan emas meningkat di tengah ketidakpastian global telah mendorong lonjakan harga komoditas tersebut sejak April. Kepala BPS, Suhariyanto, mengungkapkan kenaikan harga emas tersebut dipengaruhi kekhawatiran investor terhadap kondisi pasar keuangan global yang makin tak menentu akibat dampak perang dagang.

Mereka, lanjutnya, memilih mencari investasi aman. Bulan lalu, harga jual emas menyentuh angka 768.000 rupiah per gram, naik 3,98 persen dari bulan sebelumnya. Melihat tren kenaikan harga emas, baik di pasar domestik maupun internasional, Suhariyanto memperkirakan harga emas masih akan naik pada bulan- bulan berikutnya. "Namun, pemerintah sudah membuat berbagai kebijakan untuk memantau pergerakan harga komoditas logam mulia tersebut," ujar Kepala BPS, Suhariyanto saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (2/9).

Tren kenaikan harga emas sejak April mempengaruhi angka inflasi pada Agustus lalu. "Sumbangan inflasinya cukup besar," ujar Suhariyanto. Menurut data BPS, inflasi pada Agustus lalu tercatat sebesar 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month-to-month (mtm), lebih redah dibandingkan capaian pada Juli 2019 sebesar 0,31 persen.

Padahal, sejak 2016, selalu terjadi deflasi atau penurunan harga tiap Agustus. Pada Agustus 2016 tercatat deflasi 0,02 persen kemudian minus 0,07 persen pada Agustus 2017 dan minus 0,05 persen pada 2018. Emas yang termasuk ke dalam kelompok sandang, secara keseluruhan kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,88 persen.

Dengan demikian, kelompok sandang menyumbang 0,06 persen terhadap inflasi pada Agustus lalu. Sedangkan emas menjadi komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada kelompok sandang sebesar 0,05 persen. Dengan tingkat inflasi pada Agustus 2019 tercatat sebesar 0,12 persen, laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2019 tercatat sebesar 2,48 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) sebesar 3,49 persen.

Sesuai Target

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dalam pernyataan tertulisnya menyatakan inflasi pada Agustus lalu terkendali. Capaian itu masih di rentang target inflasi BI di 2,5-4,5 persen. Tahun ini, BI memproyeksikan inflasi di bawah 3,5 persen. Meski demikian, BI memperingatkan potensi lonjakan inflasi pangan ke depan sebagai dampak dari musim kemarau berkepanjangan.

"Ke depan, BI tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil di tengah tantangan gangguan cuaca akibat kemarau panjang yang diperkirakan dapat berdampak pada pasokan bahan pangan," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko.

uyo/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Djati Waluyo

Komentar

Komentar
()

Top