Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Waspada! WHO Laporkan Potensi 'Tsunami Kasus' Akibat Lonjakan Varian Omicron-Delta

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan potensi "tsunami kasus" akibat duet varian Omicron dan varian Delta. Hal ini dinilai bisa membuat fasilitas kesehatan kewalahan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan varian Delta dan Omicron merupakan "ancaman kembar" yang mampu mendorong peningkatan angka kasus baru hingga rekor tertinggi sehingga akan terjadi lonjakan rawat inap dan kematian.

WHO dengan tegas mengatakan kasus global baru telah meningkat 11 persen pekan lalu, sementara Amerika Serikat dan Prancis mencatat rekor jumlah kasus harian pada Rabu (29/12).

"Saya sangat prihatin bahwa Omicron, yang lebih menular, beredar pada saat yang sama dengan Delta, akan menyebabkan tsunami kasus," tutur Tedros, dalam konferensi pers, dikutip dari AFP.

Tedros mengatakan hal ini akan memberi tekanan pada sistem kesehatan tidak hanya karena angka pasien baru, tetapi juga sejumlah besar tenaga kesehatan terjangkit Covid-19.

"Ini dan akan terus memberikan tekanan besar pada petugas kesehatan yang sudah kelelahan, dan sistem kesehatan di ambang kehancuran," lanjutnya.

Selain itu, Tedros bahkan engecam sikap sejumlah negara kaya yang diduga memonopoli vaksin Covid-19 dan alat kesehatan.

"Populisme, nasionalisme sempit, dan penimbunan alat kesehatan, termasuk masker, terapi, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara, menggerogoti pemerataan, dan menciptakan kondisi ideal untuk munculnya varian baru," jelasnya.

Untuk diketahui, WHO mulanya menargetkan 40 persen populasi di setiap negara divaksinasi penuh pada akhir tahun ini, dan 70 persen pada pertengahan 2022. Namun Tedros menegaskan 92 dari 194 negara anggota WHO bakal meleset dari target 40 persen itu.

"Ini karena kombinasi pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah hampir sepanjang tahun dan kemudian vaksin berikutnya tiba hampir kedaluwarsa dan tanpa bagian-bagian penting seperti jarum suntik," jelasnya.

"Ini bukan hanya soal rasa malu secara moral, hal itu juga merenggut nyawa dan memberi virus kesempatan untuk beredar tanpa terkendali dan bermutasi. Di tahun depan, saya menyerukan para pemimpin pemerintah dan industri untuk membicarakan kesetaraan vaksin," tegas Tedros.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Sindi B Natalia Panjaitan

Komentar

Komentar
()

Top