Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Waspada Sarkopenia, Kelainan Otot yang Buat Tubuhmu Rapuh

Foto : Freepik

Ilustrasi lansia kesulitan berjalan.

A   A   A   Pengaturan Font

Jumlah lansia di Indonesia pada 2045 diperkirakan akan mencapai hampir seperlima dari total penduduk Tanah Air. Proyeksi ini sekaligus menjadi alarm terhadap potensi meningkatnya sarkopenia, yang merupakan salah satu proses penuaan yang paling signifikan berkaitan dengan otot-otot kita.

Melansir laman RSUP Dr. Kariadi, sarkopenia adalah kelainan otot yang ditandai dengan berkurangnya kekuatan dan massa otot serta penurunan performa fisik. Kondisi ini banyak terjadi pada populasi lanjut usia.

Parahnya, sarkopenia berhubungan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dengan berkurangnya kekuatan otot, kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akan turun dan tingkat ketergantungan pun meningkat.

Ciri utama sarkopenia adalah penurunan kekuatan dan massa otot serta berkurangnya kemampuan fisik dan stamina. Dugaan sarkopenia dapat dicurigai dari keluhan-keluhan seperti jatuh, kelemahan, penurunan kecepatan berjalan, sulit bangun dari kursi dan penurunan berat badan/penyusutan massa otot.

Chief Health and Nutrition Officer Herbalife Nutrition, Kent L. Bradley, menuturkan sarkopenia menjadi salah satu faktor kejadian patah tulang pinggul yang banyak dialami para lansia.

"Dampak dari sarkopenia bisa serius. Salah satu contoh yang sangat konkret seperti munculnya patah tulang pinggul seiring bertambahnya usia. Lebih dari 95% dari semua patah tulang pinggul adalah karena jatuh. Patah tulang pinggul merupakan salah satu efek dari penuaan dan peran vital otot-otot kita," kata Bradley dalam keterangannya pada Selasa (29/11), seperti dikutip dari Antara.

Apabila osteoporosis dapat membuat tulang lebih mudah patah. Sarkopenia menyebabkan hilangnya massa dan kekuatan otot kita dan membuat orang yang mengalaminya akan lebih rentan jatuh.

"Ketika kita memiliki kekuatan otot yang memadai, kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya jatuh dan dengan demikian meminimalkan risiko patah tulang," ujarnya.

Meski demikian Sarkopenia dapat dicegah untuk mengurangi konsekuensi penuaan pada massa dan kekuatan otot.

"Memperlambat laju sarkopenia dengan mengonsumsi protein dalam jumlah yang cukup dan meningkatkan kekuatan otot dapat meningkatkan kualitas hidup," jelas Bradley.

Senior Director of Worldwide Nutrition Education and Training Herbalife Nutrition, Susan Bowerman menuturkan kehilangan otot dapat terjadi pada usia berapa pun, tidak hanya pada lansia.

Sebagian disebabkan oleh diet tinggi karbohidrat dan rendah protein serta kurangnya resistensi olahraga yang merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk membangun otot.

Adapun nutrisi utama dalam pencegahan sarkopenia adalah protein. Mengutip laman RSUP Dr. Kariadi, anjuran jumlah protein untuk orang dewasa adalah 0.8 gram per kilogram berat badan setiap hari.

Asam amino esensial dalam protein yang penting dalam pencegahan sarkopenia adalah leusin. Sumber makanan yang banyak mengandung leusin contohnya daging merah, daing ayam, putih telur, tuna, rumput laut dan kedelai.

Vitamin D juga penting dalam pencegahan sarkopenia. Vitamin D bisa didapatkan dari sinar matahari dan konsumsi ikan laut, atau melalui suplementasi.

Kombinasi aktivitas fisik dan asupan nutrisi adalah kunci utama pencegahan sarkopenia. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat akan meningkat demi terwujudnya Successful Aging.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top