Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Waspada, Epilepsi Dapat Ganggu Perkembangan Otak Anak

Foto : Istimewa

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Konsultan neurologi anak Prof. Dr. dr. Irawan Mangunatmaja Sp.A(K) mengungkapkan bahwa serangan kejang atau epilepsi yang berlangsung lama dapat mengganggu perkembangan otak dan motorik kasar pada anak.

"Sebagian besar epilepsi tidak menyebabkan kematian, hanya serangan kejang yang berlangsung lama atau sering itu dapat mengganggu perkembangan otaknya dan terutama mengganggu perkembangan motorik kasarnya, sedangkan kalau bahaya kematian biasanya karena faktor lain biasanya dia kejang lalu tersedak jadi meninggal," kata Irawan dalam diskusi daring di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu (29/3).

Irawan menambahkan, secara klinis, epilepsi juga bisa menyebabkan menurunnya fungsi kognitif karena kejang yang berlangsung lama. Namun tidak jarang juga ada pasien yang mengidap epilepsi bisa hidup normal, meskipun dalam beberapa keadaan tertentu ia bisa terserang kejang mendadak.

Lebih lanjut, kata dia, epilepsi bukan termasuk penyakit keturunan. Namun jika dalam anggota keluarga atau saudara kandung ada yang pernah menderita epilepsi, kemungkinan besar anak juga bisa menderita epilepsi meskipun kemungkinannya masih sedikit.

Ia menjelaskan, epilepsi merupakan suatu gejala permulaan tanpa penyebab awal. Epilepsi bisa terjadi jika anak ada gejala demam atau gangguan elektrolit yang menyebabkan kejang berulang dengan interval lebih dari 24 jam.

Anak bisa dikatakan menderita epilepsi jika mengalami kejang yang berulang dari hari ke hari tanpa penyebab pasti dan terdapat suatu sindrom yang bisa diketahui jika melakukan pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG).

Elektroensefalogram (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Dari tes ini dapat membantu dokter untuk menentukan gejala epilepsi yang dialami anak dan menentukan diagnosis yang tepat.

"Pada anak-anak yang epilepsi dengan EEG normal itu bukan berarti diagnosisnya tidak ada, tapi itu menyatakan bahwa anak itu mempunyai harapan besar untuk lebih terkontrol dibandingkan kalau EEG-nya ada kelainan," ujar Irawan.

Orang tua bisa bantu mengenali tanda-tanda epilepsi pada anak dengan melihat dua gejala khas dari epilepsi yaitu gejala fokal dan gejala umum. Gejala fokal terdapat kekhasan tersendiri yaitu jika terjadi kejang hanya satu sisi tubuh saja yang bergerak berulang.

Sementara gejala umum adalah jika anak menderita kejang yang ditandai kaku seluruh tubuh, tersentak seperti kaget, atau melamun sambil mengucap kata yang tidak jelas.

Terdapat juga beberapa perbedaan yang termasuk kejang karena epilepsi atau kejang biasa, yaitu pertama jika kejang epilepsi serangannya selalu mendadak dan tiba-tiba. Kedua, kejang epilepsi akan berulang dan dengan Gerakan yang sama, berbeda jika bukan kejang bisa terjadi saat sedang aktif ataupun saat santai.

Selain itu, kejang epilepsi juga bisa dilihat dari arah mata pasien, umumnya mata akan membelalak ke atas jika kejang fokal atau ke samping kiri atau kanan. Jika sudah terjadi serangan, epilepsi hanya berlangsung beberapa menit, jika sudah lebih dari 10 menit kemungkinan bukan kejang.

"Dan terpenting adalah dilakukan pengamatan atau perekaman semalaman Jadi pada waktu serangan nanti dilihat pada gelombang EEG dan sesuai dengan lokasinya maka itu kejang, tapi kalau kejang itu oleh karena kemungkinan lain maka biasanya pada EEG-nya tidak muncul gelombang, mungkin yang muncul hanya perlambatan pada suatu daerah," tutur Irawan.???????

Irawan juga menganjurkan untuk segera dilakukan pemeriksaan otak jika anak pertama kali mengalami kejang sehingga bisa diketahui dengan cepat apakah ada gangguan di otaknya melalui pemeriksaan EEG paling lambat 2x24 jam setelah serangan terjadi.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top