Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Bencana

Warga Tepi Aliran Sungai Diminta Waspada Banjir

Foto : ANTARA/Mansur

Ilustrasi - Warga Kabupaten Lebak Provinsi Banten sejak satu bulan lalu terpaksa menggunakan rakit bambu akibat meluapnya Sungai Cimadur hingga menimbulkan kerusakan pada jembatan.

A   A   A   Pengaturan Font

TANGERANG - Warga yang tinggal di permukiman tepi aliran sungai-sungai di Kabupaten Lebak dimintameningkatkan kewaspadaan banjir karena memasuki musim hujan. "Kita sudah menyampaikan peringatan dini kewaspadaan bencana alam kepada instansi terkait, termasuk warga yang tinggal di tepi sungai," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Agus Reza Faisal, Sabtu (10/12).

Masyarakat yang tinggal di permukiman tepi aliran sungai-sungai di Kabupaten Lebak mencapai ribuan kepala keluarga ( KK). Belakangan terjadi curah hujan tinggi dengan intensitas sedang dan lebat disertai petir/kilat. Selain itu, kadang juga disertai angin kencang dan bisa menimbulkan bencana banjir.

Wilayah Kabupaten Lebak hingga kini memiliki aliran sungai besar, di antaranya Ciujung, Cisimeut, Ciberang, Cimadur, Cicantra, Cisiih, dan Cibareno. Mereka tersebar di Kecamatan Rangkasbitung, Sajira, Cipanas, Lebakgedung, dan Muncang.

Kemudian Malingping, Wanasalam, Bayah, Cikulur, Cileles, Cibeber, Cilograng, Gunungkencana, Banjarsari, Kalanganyar, Cibadak, Leuwidamar, dan Cimarga. Selain itu, juga terdapat banyak sekali anak sungai. Maka, jika curah hujan tinggi berpotensi menimbulkan banjir.

"Kami minta warga meningkatkan kewaspadaan. Jika curah hujan tinggi sebaiknya mengungsi," usul Agus. Menurut Agus Reza, sepekan terakhir curah hujan cenderung meningkat dengan frekuensi sedang dan lebat disertai angin kencang. Namun, cuaca buruk tersebut belum mengakibatkan bencana banjir permukiman sekitar tepi aliran sungai.

Karena itu, BPBD Lebak mengoptimalkan pemantauan dan koordinasi dengan instansi terkait untuk penanggulangan kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa. "Kami membuka posko siaga. Logistik juga sudah disediakan. Kami juga menerjunkan relawan tangguh untuk mengurangi risiko kebencanaan," tandas Agus.

Sementara itu, sejumlah warga yang tinggal di tepi aliran Sungai Ciujung mengatakan setiap malam melaksanakanronda malam karena khawatir terjadi luapan air kiriman dari kawasan hulu.

Sebab, Sungai Ciujung sumber airnya dari kawasan hulu hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan hutan adat masyarakat Badui.

"Warga setiap malam bergiliran ronda untuk mengantisipasi bencana banjir," kata Uce, warga Rangkasbitung yang rumahnya hanya beberapa meter dari Sungai Ciujung.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top