Warga Peduli Bebas Demam Berdarah Dengue
Kaum muda mengikuti kampanye peduli iklim saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (17/11). Kampanye tersebut menyampaikan aspirasi terkait dampak krisis iklim. Mereka juga mengajak generasi muda dan anak-anak untuk terli
Foto: Koran Jakarta/Wahyu APJAKARTA – Memanfaatkan hari bebas berkendara (CFD) di Jalan Thamrin-Sudirman, ratusan anak dan orangtua yang tergabung dalam kelompok “Child Campaigner Save the Children Indonesia” di Provinsi Jakarta menginisiasi gerakan edukasi bertema “Peduli Iklim Bebas DBD,” Minggu.
“Melalui kampanye ini, kami ingin menunjukkan anak dan orang muda sebagai pihak yang paling terdampak, membantu menghentikan penderitaan DBD,” tutur salah satu aktivis, Elvira.
Kelompok tersebut khawatir demam berdarah dengue (DBD) akan terus terjadi. Maka, lewat aksi seperti ini, mereka ingin mendorong rakyat penuli penderita DBD. “Sekarang saatnya kita mulai peduli iklim dan basmi jentik demi lingkungan yang lebih sehat,” tukas Elvira.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta dalam pertemuan para mitra di Balai Kota, untuk September, ada 12.000 kasus DBD. Total angka nasional 210.000 kasus. Dari jumlah tersebut 1.239 di antaranya meninggal. Hal ini memperlihatkan peningkatan 3 kali lipat dari tahun lalu.
“Aksi ini bagian dari Kampanye Nasional Aksi Generasi Iklim, Save the Children. Tujuannya, untuk memastikan agar anak-anak dan keluarga yang paling terdampak dari krisis iklim, dapat bertahan hidup dan beradaptasi.
Para Child Campaigner yang tinggal di Jakarta mengamati sampah yang menumpuk. Ini terutama yang berisi air tergenang seperti kaleng bekas, ban, botol plastik, atau wadah lainnya. Ini menjadi habitat ideal nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama penularan DBD.
Hal itu diperparah, ketika memasuki musim hujan. Beberapa area Jakarta masih ditemukan genangan yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk DBD. Peningkatan kasus DBD salah satunya disebabkan fenomena El-Nino dan perubahan iklim.
Inisiatif anak-anak ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Mereka mau melakukan aksi nyata untuk mencegah kasus DBD agar tidak terus bertambah. “Satu nyawa sangatlah berharga.” ucap Interim Chief Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia, Tata Sudrajat. Dia menyatakan peningkatan suhu bumi menjadi salah satu faktor mempercepat siklus hidup nyamuk Aedes aegypti. Ini tentu akan berkontribusi peningkatan kasus DBD.
“DBD Jakarta mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Sebab anak yang terkena DBD akan terganggu aktivitasnya seperti sekolah, bersosialisasi, dan bermain. Bahkan mereka dihadapkan dengan ancaman kematian,” katanya.
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Irwan Hidayat : Sumpah Dokter Jadi Inspirasi Kembangkan Sido Muncul
- 3 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 4 Jerman Percaya Diri Atasi Bosnia-Herzegovina
- 5 Disbun Kaltim Fasilitasi Alih Fungsi Lahan Tambang Menjadi Perkebunan
Berita Terkini
- Biden Izinkan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh untuk Menyerang Wilayah Rusia
- Ini Solusi yang Diajukan Tiga Cagub DKI untuk Kurangi Polusi di Jakarta
- Donald Trump Calonkan Pengusaha Chris Wright Sebagai Menteri Energi AS
- Ternyata Ini Kendalanya, 12 WNI Korban TPPO Masih Tertahan di Wilayah Konflik Myanmar
- Tiga Cawagub DKI Ini Tawarkan Kebijakan untuk Atasi Banjir Jakarta