Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana di India

Warga Marah Karena Lambannya Penyelamatan

Foto : AFP/Sajjad HUSSAIN

Upaya Penyelamatan l Sekelompok tim penyelamat India berkumpul di pintu luar terowongan yang ada di Distrik Chamoli, Uttarakhand, India, pada Rabu (10/2). Mereka berada di lokasi itu untuk upaya penyelamatan karena diduga sejumlah pekerja bendungan terperangkap dalam terowongan ini saat terjadi bencana banjir bandang pada Minggu (7/2) lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW DELHI - Puluhan kerabat korban bencana banjir bandang di India akibat runtuhnya gletser yang diduga terperangkap dalam sebuah terowongan pada Rabu (10/2) menjadi amarah dan berupaya menerobos pagar betis polisi di lokasi tak jauh dari terowongan tersebut.

Sebanyak 30 orang diduga terperangkap di terowongan itu. Mereka adalah para pekerja konstruksi dari proyek bendungan dan merupakan bagian dari lebih dari 170 orang yang dinyatakan hilang dalam bencana banjir bandang yang terjadi pada Minggu (7/2) pagi yang juga turut menghanyutkan banyak jembatan dan jalanan.

"Sejauh ini kami baru menemukan 32 jasad," lapor pejabat India pada Rabu. "Membutuhkan waktu berhari-hari untuk menemukan jasad-jasad lainnya yang terpendam dalam lumpur tebal, bebatuan dan puing-puing," imbuh pejabat tersebut.

Terowongan yang diduga telah menimbun puluhan korban adalah bagian dari pembangunan bendungan di Tapovan di Negara Bagian Uttarakhand. Sejak Minggu, upaya penyelamatan difokuskan ke terowongan ini. Saat terjadi bencana banjir bandang, luapan air yang disertai puing-puing menghantam dua bendungan pembangkit listrik yang ada di India.

Tim SAR berharap para korban yang terperangkap masih hidup sekitar 25 hingga 35 orang dalam kantong-kantong udara yang ada di terowongan itu.

"Namun seiring dengan berjalannya waktu, peluang untuk menemukan mereka hidup-hidup semakin tipis. Namun keajaiban bisa saja terjadi," ucap pejabat senior badan bantuan bencana negara bagian bernama Piyoosh Rautela.

"Kami terus berupa siang malam, namun jumlah puing yang amat banyak membutuhkan waktu lama untuk menyingkirkannya," imbuh dia.

Pernyataan Rautela diamini oleh salah seorang operator buldozer bernama Sandeep Nautiyal. Menurut Nautiyal upaya untuk menyingkirkan puing-puing dalam terowongan amat berisiko. "Amat banyak puing yang harus disingkirkan. Kami berharap ada celah dalam terowongan dimana kita bisa menemukan korban selamat," ucap dia.

Perubahan Iklim

Bencana banjir bandang ini terjadi setelah sebuah gletser yang amat besar runtuh.

Saat ini gletser yang berasal dari wilayah dataran tinggi Himalaya ini mengalami pencairan yang amat cepat akibat terjadinya pemanasan global.

Sejumlah pakar menyatakan bahwa malapetaka bencana serupa bisa terjadi kembali di masa depan.

Aktivitas pembuatan bendungan, pengerukan sungai untuk diambil pasirnya dan penggundulan hutan untuk pembangunan jalur jalanan di wilayah hulu sungai, semakin meningkatkan peluang terjadinya bencana alam ini.

Saat ini di Himalaya memang sedang ditingkatkan proyek pembangunan jalan di perbatasan baik oleh India maupun Tiongkok. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top