Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana Alam -- Fenomena Angin Puting Beliung

Warga Jabar Diminta Waspadai Cuaca Ekstrem

Foto : ANTARA/Raisan Al Farisi

Pascaputing beliung di Kabupaten Bandung -- Warga menyelamatkan barang yang tersisa pascaputing beliung yang terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/2). BPBD Provinsi Jawa Barat tengah mendata kerusakan bangunan dan korban akibat bencana puting beliung yang terjadi di Rancaekek pada Rabu petang tersebut.

A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Triadi Machmudin meminta warganya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem menyusul terjadinya bencana puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung serta Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Pasalnya, kata Bey, dari hasil koordinasinya bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian puting beliung atau angin tornado tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. "Di lokasi, warga menyampaikan waktu sebelum kejadian cuaca panas sekali tiba-tiba hujan. Artinya kita harus tetap waspada, jangan sampai kita lengah," katanya, kemarin.

Kepala Stasiun BMKG Kelas I Bandung, Teguh Rahayu mengatakan penyebab puting beliung dari hasil analisis cuaca sementara, suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat yang mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. "Itu juga selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah yakni antara 45-95 persen," ucapnya.

Terpantau juga, adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat. "Kondisi ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut," jelasnya.

Terpisah, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan menyatakan perubahan tata guna lahan dari sebelumnya kawasan hijau menjadi industri merupakan salah satu penyebab puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung.

"Sejak tanggal 19 dan 20 Februari 2024 sudah ada tanda-tanda indikasi kawasan itu mengalami pemanasan yang intensif," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/2).

Eddy menjelaskan uap air dari utara, selatan, barat, dan timur, masuk semua ke Rancaekek, sedangkan pada kawasan lain atau daerah sekitar Rancaekek tidak ikut mengalami fenomena tersebut.

Pemanasan intensif itu membuat Rancaekek, kata dia, secara tiba-tiba menjadi kawasan pusat tekanan rendah. Awan-awan besar kumulonimbus berkumpul di Rancaekek. "Kenapa bisa berputar? Ini ada mekanisme lain, mungkin karena ada desakan angin, katakanlah pada (ketinggian) 850 (meter) yang berasal dari Australia, kemudian berputar. Nah, di situlah terbentuk tropical cyclone," kata Eddy.

Seperti diketahui, pada Rabu (21/2) pukul 16.00 WIB bencana alam puting beliung yang berpusat di Rancaekek melanda Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat 534 bangunan mengalami kerusakan akibat bencana tersebut. Sebanyak 835 Kepala Keluarga (KK) di lima kecamatan yang ada di dua kabupaten itu mengalami dampak.

Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jawa Barat Hadi Rahmat mengatakan dari data di Kabupaten Sumedang ada 413 KK terdampak dan di Kabupaten Bandung sebanyak 422 KK terdampak.

Durasi Singkat

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung menyampaikan bahwa fenomena angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2) bukan kategori tornado, melainkan angin puting beliung.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung BMKG Teguh Rahayu menjelaskan bahwa fenomena angin puting beliung memiliki skala kekuatan berputar dengan kecepatan kurang dari 70 kilometer per jam.

"Sedangkan untuk fenomena tornado kecepatan angin lebih dari 70 kilometer per jam. Kejadian kemarin sore, kecepatan angin tercatat diautomatic weather station(AWS) Jatinagor sebesar 36,8 kilometer per jam," kata Teguh di Bandung, Kamis. ν Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top