Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Wanita Ingin Mendengarkan Suara Kaumnya

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bukan hanya menyanyi, Yudaisme Ortodoks memberikan larangan bagi gadis dan wanita muda yang tertarik dengan seni pertunjukan. Hal ini tergambar dari era Perang Dunia II. Saat itu, sekolah perempuan Yahudi Polandia diajarkan teater sebagai bentuk pengembangan diri dan kreativitas anak perempuan muda. Tetapi harus dilakukan di ruang khusus perempuan.

Praktik ini berlanjut hingga abad ke-20, ketika dalam beberapa hal ortodoksi menjadi lebih ketat. Di luar sekolah, suara wanita yang berbakat dan terlatih sangat jarang terdengar. Selama hampir satu abad, para wanita dihadapkan pada dilema yang menyakitkan, terutama pada mereka yang dilahirkan dengan bakat musik atau nyanyi.

Franciska Kosman, telah menyanyi dan memproduksi musik sejak masih kecil. Ia dibesarkan dalam keluarga rabi di Moskow. Di sana dia dikelilingi oleh pemandangan budaya yang dinamis. "Musik adalah bahasa kedua saya," kata Fransiska Kosman.

"Tapi saya selalu tahu. Saya memiliki batas waktu ketika akan berusia 12 tahun. Begitu saya akan menjadi bat mitzvah dan dianggap sebagai wanita, tidak akan diizinkan tampil di depan pria lagi," ujar dia.

Bat mitzvah merupakan ritual Yahudi ditujukan kepada orang yang menginjak usia remaja. Bat sebuah kata aram Babilonia Yahudi yang artinya putrid. Sedangkan mitzvah dalam bahan Ibrani berarti perintah atau hukum.

Wanita muda Yahudi selalu diberi tahu, suara mereka tidak memberi harapan karir dan popularitas. "Orang-orang tidak menganggap wanita memiliki karir bernyanyi," kata Schwartz. "Mereka selalu memberi tahu kami, 'Kamu hanya memiliki setengah penonton,'" kata Kosman.

Percepat

Beruntung, pandemi Covid-19 telah mempercepat perubahan ini. Teknologi digital memberi mereka kesempatan mengadakan pertunjukan virtual yang memberi harapan. "Covid benar-benar menunjukkan kepada semua orang bahwa setelah kami go internasional dan kamu tampil secara virtual, meskipun itu setengah dari audiens pasar, dunia menjadi besar," kata penyanyi Yahudi yang tinggal di Amerika, Devorah Schwartz.

Konser virtual berjudul "Chanukah" tiketnya dibeli hingga ribuan orang. Menurutnya, wanita tidak harus selalu mendengarkan lagu pria. "Wanita ingin mendengarkan suara wanita," kata dia.

Setahun terakhir, Schwartz merekam video musik dengan melibatkan wanita Yahudi ortodoks lainnya, Bracha Jaffe. Lagunya berisi doa wanita untuk anak-anak, dalam campuran bahasa Inggris, Ibrani, dan Yiddish. Video ini berhasil ditonton hampir 300.000 kali. "Seorang wanita adalah satu-satunya yang bisa berbicara tentang keibuan secara langsung," ujar Jaffe.

Jaffe, seorang ibu berusia 33 tahun dengan lima anak, dibesarkan di Brooklyn. Dia mengikuti pelajaran menyanyi sejak usia 11 tahun. "Itu belum pernah terjadi di lingkungan kami saat itu para gadis tidak mengambil pelajaran vokal. Tapi orang tua saya adalah pemikir modern. Itulah yang membuat saya bahagia," kata dia.

Sekarang dengan lima video music, Jaffe telah memiliki 12.000 pengikut. Ia memiliki kawan Yahudi Ortodoks gemar menulis lagu. "Saya ingin membantu para gadis bernyanyi dan berproduksi. Mungkin langkah saya selanjutnya memulai label rekaman wanita Ortodoks," ujar dia.

"Saya pikir, para pria sangat terkejut melihat cara industri musik wanita tidak hanya berkembang pesat, tetapi juga mengganggu pasar mereka," kata Schwartz.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top