Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Virus Korona Dipercaya dari Kebocoran Laboratorium

Foto : Hector RETAMAL / AFP

A general view of the Baishazhou market as members of the World Health Organization (WHO) team, investigating the origins of the Covid-19 coronavirus, arrive at the market in Wuhan, China's central Hubei province on January 31, 2021.

A   A   A   Pengaturan Font

Kontroversi tentang asal-usul SARS-CoV-2 sebagai penyebab penyakit Covid-19 masih berlanjut. Yang terbaru datang dari mantan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), Robert Redfield. Ia menyebutkan, virus korona berasal dari laboratorium di Wuhan.

Dalam wawancara dengan CNN Jumat (26/3) dia menyakini virus SARS-CoV-2 berasal dari laboratorium Wuhan tanpa menyebut lembaga tertentu. Dia mengakui tidak memiliki bukti. "Saya diizinkan untuk memiliki pendapat sekarang," ujar dia.

"Saya berpandangan masih berpikir kemungkinan besar penyebab patogen ini di Wuhan berasal dari laboratorium. Orang lain tidak percaya itu, tidak apa-apa. Ilmu pengetahuan pada akhirnya akan mengetahuinya," ujar dia.

Selama ini, asal-usul SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, telah diperdebatkan dengan hangat. Beberapa ahli mengatakan, masyarakat mungkin tidak pernah tahu persis dari mana virus itu berasal. Namun gagasan pada awal pandemi virus tersebut diduga berasal Institut Virologi Wuhan atau Wuhan Institute of Virology (WIV).

Pernyataan Redfield berbeda dengan temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Melalui ahli ekologi penyakit dari EcoHealth Alliance sekaligus anggota delegasi WHO ke Tiongkok, Peter Daszak, secara tidak resmi membocorkan informasi terkait hasil investigasi WHO di Wuhan.

Menurut dia, tim WHO menemukan bukti baru virus korona berasal dari peternakan satwaliar. Peternak memasokhewanke pedagang di pasar grosir makanan laut Huanan di Kota Wuhan. Hal ini sejalan dengan dugaan pemerintah Tiongkok, yang menilai peternakan satwaliaradalah jalur paling mungkin.

Investigasi WHO sejalan dengan penyataan sejumlah ilmuwan. Mereka menduga penjelasan yang paling mungkin, virus muncul secara alami. Dia berpindah dari kelelawar ke hewan lain, kemudian ke manusia.

Tak Percaya

Namun, Redfield menyatakan tidak percaya teori kelelawar yang dikemukakan sejumlah ilmuwan dan WHO. "Biasanya, ketika patogen berpindah dari zoonosis ke manusia, dibutuhkan beberapa saat untuk mengetahui cara menjadi lebih efisien dalam penularan dari manusia ke manusia," kata Redfield. "Menurutku ini tidak masuk akal secara biologis," tambahnya.

Walaupun percaya virus berasal dari laboratorium, Redfield tidak menyebut SARS-CoV-2 adalah virus yang direkayasa. "Ya, anggap saja saya memiliki virus korona yang sedang saya tangani. Sebagian besar dari kita di lab, mencoba menumbuhkan virus. Kita mencoba membantu membuatnya tumbuh lebih baik dan lebih baik dan lebih baik sehingga kita dapat melakukan eksperimen, " kata Redfield.

Pandangan Redfield didukung beberapa ahli. Mereka mencatat bahwa genom SARS-CoV-2 secara genetik berbeda dari virus korona lain yang sedang dipelajari di laboratorium Wuhan. Perubahan yang terjadi membuatnya tidak mungkin sebagai hasil dari 'pelarian' laboratorium.

"Virus SARS-CoV-2 memiliki beberapa perbedaan kunci dalam gen spesifik relatif terhadap virus korona yang teridentifikasi sebelumnya yang akan dikerjakan laboratorium," kata profesor mikrobiologi dan imunologi dan penyakit menular di University of Michigan Medical School, Dr Adam Lauring.

Menanggapi pernyataan Redfield, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), Dr. Anthony Fauci, mengatakan, "Jelas, ada sejumlah teori. Dr. Redfield menyebutkan bahwa dia memberikan pendapat tentang kemungkinan. Tetapi sekali lagi, ada alternatif yang dipegang kebanyakan orang," ujar Fauci.

hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top