Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Viral di Twitter, Sepatu Docmart Ternyata Awalnya Dibuat Untuk Pemulihan Patah Tulang dan Orang Tua

Foto : ft.com

Ilustrasi sepatu Docmart yang viral di Twitter.

A   A   A   Pengaturan Font

Jagad sosial media sempat ramai karena cuitan sebuah akun dengan nama pengguna @mlkylatte yang menulis kekecewaannya terhadap sepatu Docmart di Twitter. Dalam cuitannya ia menyebut, "buat orang yang bilang docmart sepatu nyaman pls STOP LYING".

Unggahan tersebut menuai kontroversi banyak orang. Cuitannya mendapat balasan hingga 1.914 komentar, dengan jumlah retweet dan quote mencapai 7.233 kali dan disukai oleh 23 ribu pengguna.

Banyak pengguna yang memberi saran kepada pemilik akun bernama Nayla ini untuk memakai kaus kaki yang tebal, menggunakan ukuran sepatu yang sesuai dan sebagainya untuk mendapatkan kenyamanan dalam memakai sepatu ini.

Tak jarang juga orang-orang yang tersinggung dengan cuitan Nayla dan menganggapnya menjelekkan sepatu yang mereka pakai. Mereka juga menyudutkan Nayla untuk menggunakan sepatu merk lain seperti 'Converse' atau 'Vans' yang dianggap lebih nyaman.

Sepatu Docmart memang kembali hits di kalangan perempuan zaman sekarang. Sepatu bersol tinggi yang disebut Nayla kerap membuat kaki lecet ini, diciptakan seorang dokter tentara Nazi-Jerman, Dr. Klaus Maertens, pada Perang Dunia II.

Proses terciptanya sepatu yang sekarang jadi rebutan banyak orang ini ternyata berawal dari kecelakaan yang dilakukan Dr. Martens saat bermain ski. Ia menderita patah tulang dan tidak bisa menggunakan sepatu tentara Jerman.

Oleh sebab itu, ia membuat sepatu boots sendiri dengan meniru desain sepatu tentara dengan menggunakan karet dari ban truk untuk alas sepatunya.

Dilansir dari drmartens.com, sol atau alas sepatu yang digunakan Dr. Martens berbeda dari biasanya. Karena sepatu ini dibuat khusus untuk kondisinya sedang patah tulang dan dalam proses pemulihan, ia menciptakan sol berbantalan udara yang lebih empuk saat dipijak.

Dalam prosesnya, ia dibantu oleh teman lamanya yang merupakan insinyur mesin, Dr. Herbert Funck. Funck menggunakan PVC yang berfungsi sebagai penahan udara di kantung karet. Kantung ini kemudian ditempelkan ke sepatu dengan cara menjahit solnya ke sepatu dan solnya disegel panas ke lapisan pertama sepatunya.

Atas kerjasama keduanya, Dr. Martens dan Funck akhirnya berhasil menciptakan sepatu sesuai dengan kebutuhan Martens. Karena kualitas sepatunya, mereka berdua menilai bahwa sepatu ini layak dan berpotensial untuk dijual ke masyarakat.

Bermodal kemitraan dengan perlengkapan militer bekas untuk memproduksi sepatu, mereka berdua akhirnya mulai mengkomersialkan sepatu tersebut dengan nama Dr. Martens pada 1947.

Tak disangka, produk Dr. Martens laku keras di pasaran. Awalnya, sepatu ini hanya laku di kalangan tentara yang terluka, sama seperti kasus Martens. Kemudian pasar mereka melebar hingga ke orang tua.

Sol yang empuk dan nyaman ini memberi nilai tambah dan membuat banyak orang tua tertarik memakai sepatu Dr. Martens. Pada decade pertama, penjualan sepatu ini 80% didominasi oleh perempuan di atas usia 40 tahun.

Sekarang, sepatu ini tak hanya laris di kalangan orang sakit dan orang tua saja. Sepatu yang terkenal dengan nama Docmart, Dr. Martens, Doc Martens, Docs, atau DM ini menjadi tren fashion yang disukai banyak wanita dari usia remaja hingga dewasa.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rizqa Fajria

Komentar

Komentar
()

Top