Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Peneliti berhasil melakukan uji coba awal vaksin Covid-19 yang bisa melindungi seumur hidup. Penelitian menggunakan vaksin vektor virus vaccinia penyebab penyakit cacar yang kini telah musnah.

Vaksin Covid-19 untuk Perlindungan Seumur Hidup

Foto : Chris Livingston/Getty Images
A   A   A   Pengaturan Font

Vaksin untuk Covid-19 saat ini belum dapat memberikan perlindungan seumur hidup karena penurunan jumlah antibodi seiring waktu. Itulah mengapa, perlu dilakukan penyuntikan vaksin booster untuk meningkatkan kembali perlindungan dari virus korona.
Agar vaksin Covid-19 dapat memberi perlindungan seumur hidup, para peneliti di Jepang sedang mengembangkan vaksin Covid-19 impian. Vaksin ini diharapkan menjadi pengubah permainan (game changer) dalam melawan virus korona yang masih berlanjut di tahun ketiga ini.
Adanya vaksin yang memiliki kemanjuran (efficacy) seumur hidup dapat menghasilkan penghematan finansial yang sangat besar secara global, selain tujuan utama yaitu melawan virus SARS-CoV-2 yang telah menginfeksi lebih dari 270 juta orang dan merenggut lebih dari lima juta nyawa di seluruh dunia.
Segera setelah pandemi dimulai, pada awal 2020, Michinori Kohara, penyelidik emeritus di Institut Ilmu Kedokteran Metropolitan Tokyo, berpikir untuk mengembangkan vaksin seperti vaksin cacar. Kohara menggunakan virus vaccinia sebagai topik penelitian yang telah dia kerjakan selama lebih dari tiga dekade. Vaksin cacar dikenal mampu memberikan perlindungan kuat dan mampu menghilangkan penyakit itu dari muka bumi.
Maka dari itu, begitu Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, pada April 2020, Kohara bekerja sama dengan National Institute of Infectious Diseases, mulai mengembangkan virus vaccinia rekombinan yang mengandung protein lonjakan virus SARS-CoV-2. DNA rekombinan (rDNA ) adalah suatu bentuk DNA buatan yang dibuat dengan cara menggabungkan atau merekombinasi dua atau lebih untaian benang DNA.
Dalam keadaan normal, DNA tidak berpasangan atau tidak terjadi bersama. "Kami memilih strain nonpatogenik dari varian virus vaccinia yang disebut Dairen I (Dis), yang bekerja sebagai vektor virus yang sangat efektif dan aman untuk mengirimkan gen lonjakan SARS-CoV-2," ujar Kohara kepada Japan Times.
Sementara itu, vaksin messenger RNA Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer Inc - BioNTech SE dan Moderna Inc telah berhasil mencegah penyakit parah dan kematian. Namun demikian, antibodi penetralitas turun secara signifikan selama enam bulan setelah vaksinasi, sehingga diperlukan booster terutama terhadap varian Omicron.
Sebaliknya, vaksin yang dipelopori Kohara dapat menghasilkan antibodi penetral yang kuat dalam waktu seminggu setelah inokulasi dan menginduksi kekebalan seluler terkuat dari vaksin apa pun. Hal ini dinilai sangat signifikan dalam melawan virus korona yang saat ini belum menawarkan perlindungan jangka panjang.
Percobaan pada tikus menggunakan virus vaccinia rekombinan yang mengkode gen HA flu burung yang sangat patogen telah menunjukkan tingkat antibodi tinggi yang dipertahankan selama lebih dari 20 bulan, atau hampir rata-rata rentang hidup tikus, dan semua tikus yang divaksinasi terinfeksi flu burung 20 bulan setelah vaksinasi selamat. Sebaliknya, tikus yang tidak divaksinasi semuanya mati.
Tes pada tikus itu menunjukkan bahwa satu suntikan akan menginduksi antibodi penetralisasi yang cukup untuk perlindungan seumur hidup dalam waktu seminggu setelah vaksinasi. Suntikan yang diambil tiga minggu terpisah telah meningkatkan antibodi penetralisasi sepuluh kali lipat.
"Saya telah mengerjakan berbagai teknologi vaksin seperti adenovirus dan messenger RNA, tetapi vaksin yang menggunakan vektor virus vaccinia adalah yang paling kuat dari semuanya dengan sedikit efek samping," kata Kohara.
Ia menjelaskan karakteristik dari vaksin ini adalah dapat menginduksi antibodi dan kekebalan seumur hidup. Satu suntikan vaksin mempertahankan kemanjurannya selama lebih dari 20 bulan, dan tidak ada vaksin lain yang dapat mencapai efek ini.
Pengujian pada kera pemakan kepiting juga menunjukkan bahwa vaksin melindungi primata dari pneumonia atau peradangan paru-paru. Jumlah virus yang terdeteksi di paru-paru mereka berada di bawah batas deteksi tujuh hari setelah terinfeksi virus korona.
Produsen obat domestik Nobelpharma Co akan melakukan uji klinis fase pertama dan kedua dari vaksin Kohara di Jepang dalam paruh pertama 2023 melibatkan 150 hingga 200 sukarelawan, termasuk mereka yang telah mengalami infeksi dan individu yang telah divaksinasi penuh. Setelah uji klinis pertama dan kedua dilakukan dan terbukti memiliki kemanjuran dan keamanan uji klinis fase akhir akan segera dimulai dengan waktu komersialisasinya ditargetkan paling cepat 2024. hay


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top