Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Usia Lanjut Bukan Hambatan untuk Terjun ke Dunia Politik

Foto : AFP/DANIEL ROLAND

BERPOSE DI DEWAN KOTA l Lisel Heise saat berpose di depan Dewan Kota Kirchheimbolanden, Jerman, pada awal Juli lalu. Heise adalah anggota dewan kota yang usianya telah mencapai 100 tahun.

A   A   A   Pengaturan Font

Ambisi seorang nenek asal Jerman bernama Lisel Heise untuk terjun ke dunia politik semakin menguat beberapa tahun sebelum ulang tahunnya yang ke-100. Heise, seorang pensiunan guru sekolah sejak 40 tahun yang lalu, menerjuni dunia politik setelah suaranya dibungkam ketika mengikuti rapat kota untuk membuka kembali kolam renang publik Freibad yang telah ditutup pada 2011.

"Ketika saya mulai bicara, beberapa orang tak ingin mendengarkan saya. Mereka bahkan mencabut sambungan mikropon saya!" kata Heise yang masih tak terima oleh kelancangan itu. "Sekarang, orang-orang dari seluruh dunia datang untuk berbicara denganku. Siapa yang menertawakan saya sekarang?" imbuh dia.

Melawan kemustahilan adalah gaya berpolitik khas Heise. Ia terpilih untuk posisi dewan di daerah berpenduduk 8.000 jiwa di desa Kirchheimbolanden, kawasan Rhineland-Palatine, setelah mendapat surat terbanyak dalam pemilihan lokal yang digelar 26 Mei lalu. Saat ini Heise berperan sebagai juru bicara di parlemen.

Bukan kebetulan bahwa perjuangan Heise untuk membuka kembali kolam renang publik itu juga terkait dua isu politik yang dekat di hatinya yaitu soal generasi muda dan kesehatan masyarakat. Isu politik itu juga mengarah pada perjuangan terhadap isu lingkungan yaitu perlindungan iklim.

Heise mengatakan bahwa ia telah terinspirasi oleh gerakan protes kaum muda yang diberi nama "Fridays for Future". "Anak-anak benar-benar telah memberi saya harapan. Ada kecenderungan dalam politik saat ini untuk mendukung industri mobil dan hal itu kontraproduktif. Benar-benar sangat menyenangkan bahwa kaum muda saat ini tidak hanya menunggu orang dewasa untuk melakukan sesuatu," ucap dia.

Kiprah Heise, yang tiap harinya rutin berjalan-jalan melintasi kota tua Kirchheimbolanden, adalah bagian dari para manula yang tidak mau berpangku tangan di sela-sela kehidupan. Kelompok aksi Omas Gegen Rechts (Grannies Against the Right) bahkan tercatat bisa memerangi ekstremisme yang dimulai di Austria pada 2017 dan sejak itu meluas ke Jerman. Gerakan aksi Omas Gegen Rechts secara otomatis membuat para nenek membuat sejarah dengan melawan isu rasisme.

Karier politik Heise dimulai dengan awal tahun ini ketika seorang anggota dewan kota, Thomas Bock, 59 tahun, melihatnya sebagai mitra politik yang potensial. Bock mengetuai kelompok akar rumput Wir Fur Kibo yang memperjuangkan transparansi dan akuntabilitas partai-partai yang mapan. Kibo adalah nama julukan bagi Kota Kirchheimbolanden.

Bock membutuhkan kandidat yang akan memiliki keseimbangan dan semangat untuk melawan kekuatan politik yang ada saat ini. "Dia (Heise) memiliki karakter yang kuat dan energi yang banyak," kata dia.

Bock pun mengatakan bahwa fakta sebagian besar penduduk asli Kirchheimbolanden berumur setengah baya dan pernah diajar Heise ketika mereka masih di bangku sekolah, tak dipungkiri merupakan keuntungan yang tak terduga. "Semua orang menghormatinya," ucap Bock.

Heise dilahirkan tak lama pasca-Perang Dunia I. Ia mengatakan bahwa ayahandanya, Fritz Waltgenbach, yang memiliki pabrik sepatu, juga seorang anggota dewan kota. Ayah Heise sempat dipenjara selama empat pekan karena mengkritik pengerusakan sinagoge di rezim Nazi. Heise mengatakan bahwa ia suka pemikiran bahwa dirinya mewarisi keberanian dari ayahandanya. "Apel tidak jatuh jauh dari pohonnya," pungkas nenek dengan 8 cicit itu. ang/AFP/DW/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top