Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Peringatan HBN I Pemerintah Terus Mendorong Peningkatan Ekspor Batik

Usaha Batik Ikut Terdampak Pandemi

Foto : ANTARA/FENY SELLY

PENJUALAN LESU l Penjual melayani wisatawan yang memilih sederet batik khas Palembang di kawasan sentra kain Palembang Ki Rangga Wirasantika Palembang, Sumsel, Kamis (1/10). Penurunan jumlah wisatawan akibat dampak pandemi Covid-19 turut berdampak pada lesunya penjualan batik di sejumlah daerah.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pandemi Covid-19 memberikan dampak cukup besar terhadap kelesuan aktivitas ekonomi di masyarakat. Dunia usaha sangat terpukul dengan situasi saat ini, termasuk bisnis batik. Banyak pelaku usaha batik di daerah menjerit akibat penurunan omzet penjualan.

Salah satunya dirasakan Abin Eka Pramana (44). Pemilik Toko Batik Among Sari di Kota Malang, Jawa Timur, itu mengungkapkan omzet penjualan batik sejak pandemi virus korona, turun hingga 60 persen dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Dia menceritakan penurunan penjualan batik mulai dirasakan sejak awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Omzet penjualan sejak Maret lalu turun cukup drastis. Bahkan, pada Ramadan lalu yang biasanya menjadi massa "panen", penjualan tetap lesu.

"Pada saat Ramadan seharusnya untuk pelaku usaha seperti kita itu merupakan masa peningkatan penjualan, namun kenyataannya lesu. Kondisi ini cukup berat," kata pemilik toko di kawasan Kayutangan, Kota Malang itu, seperti dikutip dari Antara, Jumat (2/10).

Bahkan, berbagai upaya dilakukan untuk menggenjot penjualan di masa pendemi Covid-19, termasuk memanfaatkan platform digital seperti market place, dan media sosial lainnya. Namun, pemanfaatan platform digital tidak sepenuhnya mampu mendorong penjualan.

"Penjualan bertambah sekitar sepuluh persen. Namun, untuk berjualan batik secara online itu sulit, karena warna asli batik belum tentu sesuai dengan yang ada di foto," kata Eka.

Baca Juga :
Layanan Perbankan

Hal senada juga dirasakan pengusaha batik lainnya di Kota Malang, Hanan Djalil. Bahkan, dia mengaku omzet penjualan batik di tokonya berkurang drastis selama pandemi Covid-19. Bahkan, dia mengaku penurunan hingga 99 persen.

Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah kunjungan wisata ke kota terbesar kedua di Jawa Timur itu akibat pandemi. Selama ini, Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur.

Hanan menambahkan selain sektor pariwisata, penurunan penjualan batik juga dipengaruhi oleh sektor pendidikan. Biasanya, penjualan naik pada saat awal tahun, terutama pada saat dimulainya tahun ajaran baru sekolah, maupun kampus di Kota Malang.

"Mulai Januari kami sudah sepi pembeli. Padahal awal tahun itu biasanya ramai-ramainya. Banyak orang tua dari luar daerah yang mengantarkan anaknya kuliah di Malang dan belanja batik," kata Hanan.

Pria asal Banyuwangi itu berharap pada peringatan Hari Batik Nasional, pemerintah ikut turun tangan membantu para pengusaha dan perajin batik. Salah satu contohnya, dengan memberikan suntikan dana baru.

Seperti diketahui, pada 2 Oktober 2009, ketika UNESCO menetapkan Batik Indonesia sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity, yaitu pengakuan internasional batik Indonesia bagian kekayaan peradaban manusia. Melalui pengakuan organisasi dunia tersebut, pemerintah memutuskan bahwa setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional (HBN).

Ekspor Meningkat

Terkait peringatan HBN, pemerintah terus mendorong peningkatan ekspor batik. Sebab, kendati dihadapi tekanan berat selama pandemi Covid-19, pasar ekspor batik meningkat dibanding 2019. Ini menjadi signal positif untuk memperkenalkan beragam corak batik RI di pasar global.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyebut signal positif itu tecermin dari sumbangsihnya terhadap devisa melalui capaian ekspor periode Januari-Juli 2020 sebesar 21,54 juta dollar AS atau meningkat dibanding pada semester I-2019 senilai 17,99 juta.

ers/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Antara

Komentar

Komentar
()

Top