Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
#Siap Untuk Selamat

Upaya Penyelamatan Diri dari Gempa Bumi

Foto : dok bnpb
A   A   A   Pengaturan Font

Bencana alam salah satunya gempa bumi, sering terjadi di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyak memakan korban karena tidak tahu cara menyelamatkan dirinya. Pada saat bencana gempa bumi terjadi, kebanyakan korban bingung. Kurangnya pemahaman dan pelatihan penyelamatan diri mandiri menjadi alasannya.

Memahami cara penyelamatan diri mandiri menjadi penting untuk dipahami. Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, salah satunya gempa bumi. Setiap tahunnya, sekitar 12 - 15 persen gempa bumi di dunia terjadi di wilayah Indonesia. Rata-rata delapan sampai 12 gempa bumi merusak bangunan dan memakan korban jiwa.

Maka dari itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar simulasi bencana gempa bumi. Simulasi ini bertujuan agar masyarakat siap saat terjadi maupun setelah gempa bumi.

Hal pertama yang dilakukan saat gempa bumi itu terjadi yaitu, waspada dan jangan panik. Kebanyakan para korban panik dan tidak tahu harus berbuat apa hingga memilih berebut keluar untuk mencari tempat aman. Padahal, pada saat gempa terjadi, masyarat kehilangan keseimbangan sehingga sulit untuk beranjak dari tempat awal dan mudah terjatuh.

Seharusnya, yang dilakukan adalah segera melindungi kepala atau diri dan jangan berlari. Apalagi jika korban berada di ruangan atau gedung tinggi saat gempa terjadi. Kalau tidak ada kolong meja dan kursi. Lindungi leher, kepala dan dagu seperti sujud.

Terdapat cara perlindungan diri dengan kedua tangan untuk melindungi kepala dari benturan akibat guncangan gempa. Hal yang dilakukan adalah tangan kanan atau kiri memegang kepala bagian belakang dengan siku di depan hidung. Kemudian tangan sebelahnya memegang leher dengan siku merapat ke depan. Sehingga kepala dan muka tertutup secara sempurna untuk menghindari benturan yang terjadi.

Selanjutnya, jika terdapat kursi, juga dapat digunakan sebagai penyelamatan diri. Penggunaan kursi ini dengan cara membalikkan kursi sehingga kepala terlindungi dan kaki kursi bisa menjadi pelindung. Jika dekat dengan tiang pancang pegang dengan erat sampai guncangan gempa tidak terasa lagi. Jika seseorang sedang bersama seorang anak kecil, peluk anak kecil tersebut sambil memasuki kolong meja dan satu tangan berpegangan pada kaki meja.

Melindungi kepala saat gempa juga berlaku pada penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda. Begitupun orang tua renta yang memakai tongkat agar menjatuhkan diri ke lantai dan segera memasuki kolong meja.

Saat evakuasi untuk meninggalkan ruangan dan gedung tunggu aba-aba dari floor captain (FC) dan jangan panik.

Jika berada di gedung tinggi, jangan gunakan lift atau elevator. Gunakan tangga darurat yang ada. Selalu ikuti petunjuk dan arahan dari FC untuk menuju di titik kumpul aman atau assembly point. ola/R-1

Kegiatan Pasca Bencana

Kegiatan pascabencana dianggap sebagai hal yang penting dilakukan. Untuk itu BNPB yang tergabung dalam tim SAR Gabungan, dan sekitar 30 wartawan diajarkan apa dan bagaimana kegiatan pascabencana. Beberapa kegiatan tersebut yaitu, Pemasangan Tenda Darurat, Dapur Umum, Trauma Healing, serta Drone dan GPS.

Sejumlah infrastruktur seperti rumah, sekolah, hotel, dan lain-lain pasti terkena dampak akibat bencana yang terjadi. Namun, pada saat darurat, biasanya warga belum diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing untuk menghindari bencana susulan dan kerusakan infrastruktur yang bisa membahayakan diri.

Maka dari itu, pada pascabencana, dibangun sejumlah tenda darurat atau posko tanggap darurat untuk sejumlah keperluan. Pembangunan tenda ukuran 6 meter x 12 meter memerlukan waktu 30 menit sampai satu jam. Tenda dengan ukuran ini biasanya bisa menampung hampir 30 orang.

Pada kesempatan tersebut, para wartawan diberikan kesempatan untuk membangun tenda darurat ini. Pembangunan tenda yang terbilang cukup besar ini, membutuhkan koordinasi dan kerjasama.

Selanjutnya, makanan menjadi kebutuhan yang penting. Dalam kegiatan pascabencana, diperlukan dapur umum. Dapur umum yang disediakan BNPB bersifat mobile agar dapat menjangkau daerah-daerah terdampak dengan cepat.

Makanan yang disediakan dalam dapur umum dituntut selalu sehat dan untuk menambah energi. Makanan yang disajikan biasanya harus terdapat nasi, telur dan sayur, karena kandungan yang baik untuk menambah energi. Pelatih BNPB juga menjelaskan, biasanya yang memasak dalam kegiatan bencana itu adalah orang asli di sana, atau ibu-ibu daerah asal. Hal ini agar makanan yang disajikan sesuai selera.

Pascabencana seseorang akan mengalami traumatis yang jika tidak diobati akan berakibat di kehidupan mendatang.

Hal yang penting dilakukan, jangan pernah mengingatkan korban tentang kejadian yang dialami. Seperti keluarganya lengkap apa tidak, rumah hancur atau tidak dan lain-lain yang mengingatkan pada kesedihannya. Ajak para korban untuk menceritakan hal-hal yang disukai, atau berbagi pengalaman dan cerita yang membuatnya terhibur.

Selain itu, para wartawan juga diajarkan bagaimana melakukan pertolongan pertama saat menemukan korban. Pada kesempatan itu, para wartawan juga diajak berperan menjadi dokter yang dihadapkan pada korban yang memiliki luka terbuka sehingga perlu untuk diperban. Para wartawan juga berperan sebagai tim SAR Gabungan yang bertugas untuk mencari korban-korban melalui drone dan GPS. ola/R-1

Tips saat Peliputan

Keberadaan media juga tidak kalah pentingnya dalam kebencanaan ini. Fungsi media dalam hal ini adalah untuk penyambung dalam menginformasikan dan mengedukasi masyarakat terkait bencana. Namun tidak bisa dipungkiri, wartawan juga manusia yang bisa panik, ketakukan, sedih, bingung saat melakukan peliputan.

Berikut tips dalam peliputan bencana sekaligus kesiapsiagaan jurnalisme bencana.

1.Pahami Situasi

Sebelum melakukan peliputan, seorang jurnalis bencana harus memahami terlebih dahulu situasi di tempat peliputan.

2.Bawa Perlengkapan Sendiri

Saat meliput, akan lebih baik jika seorang jurnalis membawa perlengkapan atau kebutuhan sendiri selama peliputan. Seperti suplai makanan, minuman, bahan bakar serta P3K. Hal ini agar tidak membebani suplai makanan yang terbatas di daerah tersebut.

3.Selalu Waspada

Berada di lingkungan bencana, tidak menutup kemungkinan akan terjadi bencana susulan. Namun yang perlu dikhawatirkan yaitu, infrastruktur yang dianggap akan lebih ringkih karena sebagian sudah rusak pada bencana pertama. Melihat hal ini, seorang jurnalis bencana harus selalu waspada dan memperhatikan zona potensi berbahaya.

4.Gunakan Pakaian yang Sesuai

Seorang jurnalis bencana juga disarankan menggunakan pakaian yang sesuai, dan tidak berlebihan. Gunakan pakaian yang sesuai dengan cuaca serta hindari risiko serangan terlalu panas pada kulit, dehidrasi, dan hipotermia.

5.Selalu Terhubung

Selalu terhubung dengan kontak pusat. Hal ini agar tetap mendapatkan dan mendengarkan arahan sehingga mengurangi risiko yang tidak diinginkan. ola/R-1

Penulis : Yolanda Permata Putri Syahtanjung

Komentar

Komentar
()

Top