Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gerakan Kewirausahaan

Unusa Siapkan Ekosistem "Entrepreneur"

Foto : ISTIMEWA

M Nuh

A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Entrepreneur atau wirausahawan merupakan salah satu bagian dari ekosistem yang disiapkan Nahdlatul Ulama (NU) untuk generasi mendatang, khususnya kalangan santri dan mahasiswa di lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

"Enam atau tujuh tahun lalu, kami berpikir apa yang bisa disiapkan bagi mereka yang akan menyandang alumni Unusa. Kalau kami siapkan kerudung maka akan cepat habis, maka kami siapkan ekosistem entrepreneur sejak awal," kata Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS-yayasan yang menaungi Unusa), M Nuh, saat kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), di Surabaya, Jawa Timur, akhir pekan lalu.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu berpendapat, entrepreneur itu artinya dagang. Mereka harus pandai membaca peluang dan merealisasikannya. Kalau tidak ada peluang, mereka ciptakan peluang itu. "Karena itu, NU siapkan ekosistemnya," kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Rektor Unusa, Ahmad Jazidie, menambahkan, sebagai perguruan tinggi yang memiliki visi menciptakan generasi wirausaha (entrepreneur) muda, Unusa selalu memberi pembekalan para mahasiswa dari mengenal, menjiwai, hingga mengimplementasikan kewirausahaan.

Menurut Achmad Jazidie, kekuatan wirausaha di Ponpes sangatlah luar biasa. Maka wajar jika program unggulan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, adalah Satu Pesantren Satu Produk. Program yang diharapkan dapat menghasilkan produk pesantren modern yang dikelola para santri.

Guna membantu menciptakan produk wirausaha pesantren yang modern, Ponpes perlu pendampingan institusi. Para santri pelaku entrepreneur perlu pembinaan konsep dan akses pemasaran, teknik pengemasan, strategi harga, hingga penyusunan laporan keuangan.

Chairman International Council for Small Business (ICSB) Indonesia, Hermawan Kartajaya, mengatakan konsep entrepreneur di pesantren atau disebut Muslimpreneur bukanlah konsep yang eksklusif, namun justru bersifat inklusif. Hal ini tecermin dari perilaku Nabi Muhammad yang tidak mempekerjakan karyawan berdasarkan latar belakang agama atau ras.

"Beliau menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, apa pun latar belakang mereka. Ada nilai-nilai toleransi di sana, dan ini sifat yang inklusif," tegas Hermawan yang juga staf khusus Menkop dan UKM itu.

Ia juga mengatakan ICSB Indonesia bekerja sama dengan sejumlah universitas, akan membawa kajian Muslimpreneur ke forum ICSB Internasional.SB/E-3

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top