Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Unas Gelar Konferensi Internasional tentang Ilmu Sosial dan Politik

Foto : muhanmad zaki alatas/koran jakarta

Unas gelar Konferensi Internasional Ilmu Sosial dan Politik

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Universitas Nasional (Unas) menyelenggarakan Konferensi Internasional Ilmu Sosial dan Politik atau International Conference on Social and Political Science (ICOSOP) yang digelar secara luring dan hadirin oleh pembicara dari dalam dan luar negeri.

Di antaranya Guru Besar Unas Prof. Dr. Aris Munandar, Andi Achdian dari Pusat Kajian Sosial dan Politk (PKSP) Unas, Prof. Dr. L. Ayu Sarasvati dari Departemen of Women, Gender, and Sexuality, Studies, University of Hawaii, Dr. Timo Duille, Peneliti dari Bonn University. Prof. Dr. datuk Shamaul Amri Baharuddin dari Institut of Ethnic Studies, The National University of Malaysia, Prof. Dr. TB Massa Djafar dari Sekolah Pascasarjana Unas, dan Christofer Kelly dari Kings College London.

"Penyelenggaraan ICOSOP II fokus pada masalah mobilitas, perjumpaan budaya, dan saling koneksi sosial. Ini menjadi bagian penting dalam pola hubungan sosial, pembentukan institusi, dan nilai-nili baru masyarakat," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas Erna Ermawati Chotim di Jakarta, Rabu (26/10).

Andi Achdian menyoroti karakter sifat utama yang membentuk perkembangan budaya manusia dalam perjalanan sejarah panajang. "Mobilitasnyang lintas benua, lintas negara, dan lintas budaya, bagaimanapun belum mendapatkan perhatiannyang layak dari pada peneliti ilmu sosial di Indonesia," katanya.

Adapun Ayu Sarasvati dalam presentasinya menunjukkan kenyataan penting tentang neoliberal logic yng melahirkan kondisi semakin bahyak seseorang memghabiskan waktu dakam media sosial, semakin berjarak (terdiskoneksi) seseorang.

"Kenyataan ini memberikan gambaran kontras tentang sifat media sosial yang menjanjikan saling hubung (konektivitas) yang sikuasai legika neoliberal," ujar Ayu.

Sedangkan Timo Duille menyampaikan gagasannya tentang kegamangan yang mencul dalam proses perjumpaan budaya. Ia mengulas tuduhan antisemitisme dari media Jerman terhadap tema yang digelar seniman Indonesia.

"Persoalan pengalaman sejarah berbeda menjadi dasar terjadinya benturan diskursus antara media Jerman dengan para seniman Indonesia," papar Timo.

Sebelumnya, Aris Munandar menyampaikan relasi manusia dan alam menjadi faktor penting dalam perkembangan industri turisme, manajemen sampah, dan keberdayaan berkelanjutan. Keseluruhan tema tersebut membwntuk rangkaian tentang bagaimana mobioitas, perjumpaan budaya, dan konektivitas menjadi bagian tak terhindarkan dalam dunia sosial.

Ia mengatakan, ilmuwan sosial sekarang pada kenyataannya untuk mengembangkan kembali perspektif dan metode kreatif ilmu sosial menanggapi perkembangan dunia kontemporer sekarang," paparnya.

Ada beberapa sub tema seperti Kewargaan Global dan Resiliensi Sosial, Perempuan dan Internasionalisasi Kerja, Konsekwensi Mobilitas Lintas Negara, Teknologi Digital dan Masa Depan Demokrasi, Diplomasi Digital dan Paradigma Hubungan Knternasional Baru, Media Baru dan Kebijakan Publik, Hybridiasi Identitas dan Ikan Kebudayaan, Tata Kelola Digital dan Kualitas Layanan Publik dan Keadilan Sosial di Kota-kota di Indononesia.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top