Uji Cepat, BBPOM DIY Periksa Makanan Yang Dijual PKL di Alun-alun Wates
Petugas mengambil sampel makanan di Alun-alun Wates untuk diuji laboratorium.
Kulon Progo - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Yogyakarta melakukan pemeriksaan terhadap belasan sampel jenis makanan yang dijual pedagang kreatif lapangan Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk memastikan layak konsumsi
Pengawas Farmasi dan Makanan, Ahli Muda BBPOM Yogyakarta Rizqi Amalia Rohmah di Kulon Progo, Kamis (21/3), mengatakan ada 17 sampel makanan yang diperiksa dengan metode uji cepat.
"Hasilnya nihil, tidak ada sampel makanan yang mengandung bahan berbahaya yang dijual PKL di Alun-alun Wates," kata Rizqi.
Ia mengatakan BBPOM Yogyakarta melakukan pemeriksaan makanan buka puasa di seluruh kabupaten/kota di DIY. Sebelumnya, pihaknya melaksanakan pemeriksaan dilakukan di Sleman dan Bantul dengan total 40 sampel dan seluruhnya dinyatakan aman.
Dia memastikan jumlah temuan makanan yang mengandung bahan berbahaya cenderung turun setiap tahunnya. Namun demikian, ia mengakui ada kandungan berbahaya tertentu yang masih dijumpai di makanan.
"Misalnya boraks dan formalin, biasanya ditemukan di makanan seperti lanting atau kerupuk gendar," katanya.
Rizqi mengatakan BBPOM Yogyakarta rutin melakukan pemeriksaan makanan yang beredar. Namun di Ramadhan ini, upaya pemeriksaan lebih ditingkatkan mengingat jumlah makanan yang beredar lebih banyak.
Kondisi ini pun rawan bagi konsumen, sebab bisa dimanfaatkan pelaku kuliner yang tidak bertanggungjawab dengan menyertakan kandungan berbahaya di makanan.
"Kami berharap masyarakat melakukan pengecekan sebelum mengonsumsi makanan yang dibeli. Periksa kondisi kemasan, labelnya, izin edar, hingga tanggal kadaluarsanya," harap Rizqi.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kulon Progo Sri Budi Utami mengatakan pihaknya selalu memonitor kandungan makanan yang beredar di pasaran.
Berdasarkan hasil pengawasan, kandungan berbahaya di makanan bisa berupa pewarna tekstil hingga bahan pengawet yang tidak sesuai penggunaan.
"Sosialisasi juga selalu dilakukan agar masyarakat memahami seperti apa makanan dengan kandungan berbahaya," katanya.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya