Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Fasilitas Penelitian

UGM Segera Dirikan Bank Genetik Sayuran

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada (UGM) segera mendirikan bank genetik sayuran untuk mendukung kedaulatan pangan Indonesia. Di sini akan dikerahkan jenis sayuran varietas lokal yang telah tergantikan oleh varietas unggul baru atau tergeser ke daerah marginal yang susah dijangkau akibat pertanian intensif yang makin pesat.

"Varietas lokal ini diperlukan dalam perakitan kultivar unggul masa depan, sehingga diperlukan langkah penyelamatan salah satunya dengan pembentukan bank genetik sayuran," kata Kepala Pusat Inovasi Agroteknologi UGM, Taryono, dalam workshop pengelolaan sumber daya genetik, di Yogyakarta, Kamis (23/8).

Menurut Taryono, pengelolaan sumber daya genetik ini dilaksanakan melalui kerja sama antarlembaga dalam bentuk konsorsium agar sumber daya genetik tersebut dapat diakses secara luas. Kelak bank genetik ini dapat memfasilitasi permintaan dan pertukaran sumber daya genetik sayuran untuk kepentingan masyarakat global.

Direktur Riset dan Pengembangan PT East West Seed Indonesia, Asep Harpenas, mengatakan diperlukan bank genetik untuk mengonversi sumber daya genetik tanaman pertanian yang ada di Indonesia. Bank genetik ini bisa menjadi tempat bagi peneliti dan pemulia tanaman untuk bertukar informasi dan sumber daya genetik.

"Fungsinya tidak hanya menyimpan yang sudah ada, namun juga memfasilitasi pemulia tanaman saling bertukar sumber daya genetik sehingga bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan," papar Asep.

Minim Konservasi

Anggota Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (Peripi), Muhammad Syukur, mengatakan saat ini sumber daya genetik pertanian yang hilang mencapai 75 persen. Hal itu terjadi karena minimnya upaya konservasi dan pemanfaatan satu atau dua varietas yang sama secara berlebihan menyebabkan beberapa varietas lokal menjadi hilang.

"Varietas lokal yang tidak dimanfaatkan maka akan hilang. Seharusnya petani di Indonesia tidak menanam tanaman dengan varietas yang sama," kata Syukur.

Syukur menuturkan jumlah persentase plasma nutfah yang ada di Indonesia mencapai 17 persen dari total kekayaan genetik tumbuhan yang ada di dunia. "Ada 3.256 spesies tanaman, terbanyak tanaman obat yang belum dieksplorasi," kata Syukur.

Namun demikian, tambah Syukur, minimnya upaya pemuliaan tanaman menyebabkan kekayaan sumber daya genetik tersebut semakin berkurang. Apalagi jumlah peneliti pemuliaan tanaman yang ada hanya sekitar 1.500 orang. Jumlah tersebut tidak mencukupi untuk usaha mengonversi sumber daya genetik tanaman pangan pertanian.

Menurut Syukur, perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas para pemulia tanaman. "Perlu ada upaya peningkatan kapasitas, dana, dan fasilitas," ungkapnya.

Untuk bisa menghasilkan jenis tanaman varietas baru diperlukan proses tahapan pemuliaan tanaman yang begitu panjang, mulai pengoleksian genetik, seleksi, hibridasi hingga pelepasan varietas. "Setidaknya diperlukan 5-10 tahun untuk bisa menghasilkan varitas baru," kata dosen IPB ini.

Usaha pemuliaan tanaman pertanian sangat penting untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan yang akan melanda kawasan Asia pada 2025 akibat pertambahan jumlah penduduk dan sempitnya lahan pertanian. Syukur mengatakan IPB setidaknya sudah melakukan usaha pemuliaan tanaman dengan mengoleksi sebanyak 316 varietas cabai bahkan beberapa varietas sudah dilepas.

YK/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top