Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Turunkan Risiko Gangguan Irama Jantung dengan Cokelat

Foto : ISTIMEWA

» Ilustrasi seorang perempuan yang tengah mengonsumsi cokelat. Berdasarkan penelitian mengonsumsi cokelat dalam takaran proporsional dapat menurunkan risiko irama detak jantung yang kadang-kadang bermasalah.

A   A   A   Pengaturan Font

Tidak hanya nikmat saat dikonsumsi, cokelat ternyata juga bermanfaat bagi kesehatan. Menurut penelitian terbaru, mengonsumsi cokelat secara teratur dapat membantu menurunkan risiko gangguan irama jantung.

Detak jantung tidak teratur adalah kondisi yang mempengaruhi lebih dari 33 juta orang di seluruh dunia. Jika diumpamakan, 1 dari 4 orang dewasa cenderung mengalami gangguan irama jantung pada titik tertentu selama masa hidupnya.

Para ilmuwan dari Harvard School of Public Health di AS, melakukan penelitian untuk mengetahui apakah konsumsi cokelat berhubungan dengan risiko gangguan irama jantung yang lebih rendah. Para peneliti telah mengumpulkan data dari 55.502 pria dan wanita berusia antara 50-64 tahun.

"Konsumsi cokelat secara teratur dapat membantu atau mengurangi risiko atrial fibrilation. Atau yang populer dikenal sebagai denyut jantung tak teratur," ucap

1

Elizabeth Mostosfsky, instruktur epidemilogy Havard's TH Chan School of Public Health, seperti dilansir laman WebMD.

Dalam penelitian tersebut peserta memberikan informasi tentang konsumsi cokelat mingguan mereka dengan satu porsi sekitar 30 gram. Informasi tentang faktor risiko penyakit jantung, diet dan gaya hidup diperoleh saat peserta direkrut untuk belajar. Kesehatan mereka kemudian dianalisis dengan menggunakan episode perawatan di rumah sakit. Selama periode pemantauan, rata-rata 13,5 tahun, 3.346 kasus baru gangguan irama jantung terdiagnosis.

Setelah memperhitungkan faktor lain yang terkait dengan penyakit jantung, tingkat gangguan irama jantung yang baru didiagnosis adalah 10 persen lebih rendah. Hal tersebut untuk 1-3 porsi cokelat dalam sebulan dibandingkan dengan kurang dari 1 porsi sebulan.

Perbedaan risiko gangguan irama jantung ini juga terlihat pada tingkat konsumsi lainnya, yakni 17 persen lebih rendah untuk 1 porsi mingguan cokelat, 20 persen lebih rendah untuk 2-6 porsi mingguan cokelat, dan 14 persen lebih rendah untuk 1 porsi harian atau lebih.

Ketika data dianalisis berdasarkan jenis kelamin, kasus gangguan irama jantung lebih rendah di antara wanita daripada di antara laki-laki, terlepas dari asupan cokelat. Namun, hubungan antara asupan cokelat tinggi dan risiko masalah jantung yang lebih rendah tetap ada, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi.

Hubungan terkuat pada wanita adalah 1 porsi mingguan cokelat (21 persen lebih rendah risiko gangguan irama jantung). Sedangkan, pada pria adalah 2-6 porsi mingguan cokelat (23 persen lebih rendah risikonya terkena gangguan irama jantung).

"Kesimpulannya, makan cokelat dalam porsi sedang secara teratur merupakan pilihan sehat, memakan cokelat dalam jumlah berlebihan tidak disarankan karena banyak produk coklat mengandung kalori tinggi dari gula dan lemak yang dapat menyebabkan penambahan berat badan dan masalah metabolik lainnya," ujar Elizabeth.

Sementara itu Dr. David Friedman, kardiolog, mengatakan walaupun penelitian memang memiliki keterbatasan, tapi itu bisa meyakinkan masyarakat bahwa ada hubungan potensial dengan konsumsi asupan coklat yang lebih tinggi dengan pengurangan risiko gangguan irama jantung.

Namun, saya menekankan bahwa kesehatan kardiovaskular bergantung pada lebih dari sekadar asupan coklat. Faktor-faktor seperti latihan aerobik reguler dan perilaku sehat lainnya bisa menjadi keuntungan juga," ungkap Friedman.

Membiasakan makan cokelat, terutama di pagi hari saat sarapan, dilaporkan bermanfaat juga terhadap kelancaran kerja otak. Untuk dapat bekerja optimal, bagian otak Anda yang dipakai untuk terus menerus bekerja akan memerlukan bahan bakar yang lebih banyak. Artinya, semakin lancar pasokan darah segar ke otak, semakin meningkat pula aktivitas saraf otak.

Dr Farzaneh Sorond, ahli saraf di Harvard Medical School, mengatakan, cokelat meningkatkan suplai darah ke otak, terutama pada orang dengan gangguan aliran darah.

"Manfaat lainnya adalah sarapan cokelat membantu menurunkan berat badan. Tidak hanya sarapan cokelat bermanfaat untuk kesiagaan otak, tapi cokelat juga mungkin ampuh untuk menekan nafsu makan dan kebiasaan makan buruk lainnya sepanjang hari," imbuh Sorond. san/R-1

Kurangi Dampak Batuk Kronis

Selain baik untuk jantung, kudapan yang memiliki wangi khas, rasanya yang manis ditopang dengan kemasannya yang kian cantik ini juga efektif mengurangi gejala batuk akut dan kronis.

Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari US National Institute of Cardiology, Pulmonologi dan Hematologi di Inggris yang menunjukkan bahwa bahan kakao yang disebut theobromine lebih efektif daripada obat codeine yang banyak digunakan dalam mencegah saraf sensorik yang memicu refleks batuk.

Penelitian dilakukan ke sekitar 300 orang di 13 rumah sakit umum di Inggris yang menderita batuk akut selama 14 hari tiap dua kali sehari, para peserta riset diberi suplemen makanan yang mengandung theobromin alami.

Theobromin alami yang diambil dari bahan baku cokelat ini diberikan sebanyak dua kali sehari selama dua minggu.

Kadar theobromine yang digunakan pada penelitian ini adalah dosis 1.000 mg. Dark chocolate tanpa pemanis berkalori 450 mg per ons, dark chocolate manis mengandung gula 150 mg, dan cokelat susu sekitar 60 mg.

"Kapsul baru yang kami gunakan tampaknya sangat efektif," kata Profesor Alyn Morice, Kepala Hull Cough Clinic.

Hasilnya, studi ini menemukan bahwa 60 persen dari pasien dalam penelitian ini mengalami beberapa parameter "kelegaan" di tenggorakannya. Hal ini membuat peneliti yakin bahwa sebatang cokelat hitam setiap hari mungkin cukup mengandung senyawa aktif theobromine untuk menenangkan batuk kronis.

"Mengonsumsi sebatang cokelat hitam per hari yang memiliki tingkat tinggi senyawa tersebut (theobromine) juga mungkin efektif untuk orang yang didiagnosis dengan batuk terus-menerus, meskipun makan cokelat setiap hari mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan lainnya, termasuk kenaikan berat badan dan sebagainya," ungkapnya.

Meski kabar ini menggembirakan, para peneliti mencatat bahwa cokelat tidak menyembuhkan karena mereka menemukan bahwa gejala (batuk) kembali setelah pengobatan berakhir.

Batuk persisten (batuk kronis) adalah batuk yang berlangsung delapan minggu atau lebih. Beberapa gejala batuk termasuk kurang tidur, otot-otot dada sakit dan banyak buang air kecil. Dalam kasus yang parah, batuk kronis dapat menyebabkan muntah, patah tulang rusuk dan kehilangan kesadaran.

Menurut MayoClinic, penyebab paling umum dari batuk kronis adalah penggunaan tembakau, postnasal drip, asma dan refluks asam atau aliran balik asam lambung, yang dapat mengiritasi tenggorokan seseorang. Para ahli mengatakan bahwa batuk persisten biasanya menghilang setelah masalah yang mendasari diobati. san/R-1

Komentar

Komentar
()

Top