Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tunggal Putri Tak Dibebani Target di All England

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

PBSI mengakui sektor tunggal putri yang mengandalkan Fitriani masih menjadi sektor terlemah. Untuk itu, di All England tidak dibebani target.

JAKARTA - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Susy Susanti, menyebut pihaknya mencoba realistis untuk target tunggal putri di turnamen bulu tangkis All England 2018.

"Agak berbeda ya, karena nomor ini memang agak tertinggal. Buat saya, untuk tunggal putri kita realistis, bisa mendapat delapan besar saja sudah bagus," kata Susy saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (2/3).

Realistisnya target ini, disampaikan Susy, selain nomor ini diakuinya merupakan yang agak tertinggal, tunggal putri Indonesia juga hanya diwakili satu nama dalam turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut, yakni malalui Fitriani.

Fitriani yang kini menduduki peringkat 37 dunia, dipastikan menjadi satu-satunya wakil Merah Putih di nomor tunggal putri, karena dalam All England 2018, BWF memberlakukan regulasi baru tidak dimainkannya babak kualifikasi, sehingga 32 pemain yang berlaga di babak utama ditentukan oleh peringkat dari pemain tersebut.

"Di All England yang tingkatnya termasuk turnamen tertinggi dunia, nggak muluk-muluk kita menentukan target bahwa Fitri harus juara, belum lah untuk itu," kata Susy.

Susy menyebut, untuk saat ini dirinya hanya berharap adanya progres peningkatan performa dari tunggal putri dan tidak melulu harus menjadi juara. "Jadi juara itu, susah sekali itu rebutan, terlebih kita hanya satu orang. Namun meskipun tidak juara, jika menunjukan peningkatan performa, bagi saya hal itu sudah merupakan prestasi," ucap peraih emas Olimpiade 1992 Barcelona tersebut.

Susy menakar, dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depanlah, waktu yang akan menjadi waktu di mana tunggal putri Indonesia yang saat ini didominasi pemain usia muda, memberikan jawaban soal prestasi. "Mudah-mudahan kita harap secepatnya, tahun depan mudah-mudahan sudah berbuah hasil, masuk peringkat 10 besar salah satunya," kata Susy.

Dalam mencapai hal tersebut, saat ini tunggal putri Indonesia sudah berada dalam jalur yang benar dan terbukti dengan sumbangsih besar nomor tersebut saat tim putri Indonesia menumbangkan China dalam Kejuaraan Beregu Asia 2018 yang merupakan untuk pertama kalinya dalam 22 tahun.

Aturan Servis Rancu

Sementara itu pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon, menilai aturan baru Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengenai servis 115 sentimeter, yang akan mulai diterapkan pada tahun 2018 ini, masih rancu. "Dari dulu, aturan servis itu memang rancu, fault atau enggaknya tuh seperti nggak pasti. Besok bisa fault, selanjutnya bisa nggak fault," kata Marcus.

Rancunya aturan itu, menurut Marcus, karena penentuan kesalahan atau tidaknya servis masih tergantung dari hakim servis yang bertugas saat pertandingan. "Kami belum pernah tahu servisnya seperti apa, karena dari cara melihatnya pun beda-beda. Semua tergantung dari mata service judge-nya. Kalau misalnya mata dia silinder, mungkin nanti bisa bermasalah," ujar dia.

Lebih lanjut, Marcus menyebut sebaiknya aturan tersebut diterapkan jika sudah ada semacam alat pendeteksi sehingga bisa didapatkan keputusan yang adil saat pertandingan dan tidak merugikan para atlet nantinya. "Kalau BWF mau buat peraturan seperti ini, seharusnya mereka punya alat semacam 'hawk eye' untuk mendeteksi servis seorang pemain atau ada sensornya. Kalau enggak begitu ya enggak fair dong," ucap dia.

Dengan tinggi badan 168 sentimeter, Marcus mengaku aturan servis yang baru itu cukup menyulitkannya dan sebagai persiapan dirinya bertarung di turnamen bulu tangkis All England 2018, dia dan pasangannya, Kevin Sanjaya Sukamuljo, sudah berlatih dengan melibatkan service judge Indonesia bersertifikat internasional. "Buat saya yang badannya pendek saja susah, apalagi bagi pemain dengan tinggi sampai 190 cm. Pasti dia harus jongkok-jongkok servisnya," ujar Marcus.

BWF menetapkan aturan baru yang mewajibkan pemain untuk melakukan servis dengan tinggi maksimal kok 115 cm dari permukaan lapangan. Aturan tersebut mulai diberlakukan pada turnamen All England 2018 yang akan berlangsung di Arena Birmingham, Inggris, 14-18 Maret.

Marcus dan Kevin pada putaran pertama All England 2018, akan langsung melawan sesama atlet pelatnas, Angga Pratama/Rian Agung Saputro. ion/Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Sriyono, Antara

Komentar

Komentar
()

Top