Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tulang Belakang Kurang Mampu Memperbaiki Diri

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemulihan dari kelumpuhan akibat cedera parah pada tulang belakang cukup sulit dilakukan selama bertahun-tahun. Tantangannya sistem saraf pusat tubuh, yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang, tidak memiliki kapasitas yang signifikan untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah cedera atau setelah timbulnya penyakit degeneratif.
Menurut Pusat Statistik Cedera Tulang Belakang Nasional, di Amerika Serikat, hampir 300.000 orang hidup dengan cedera tulang belakang yang menyulitkan kehidupan pasien. Kurang dari 3 persen dari mereka yang mengalami cedera total mengalami pemulihan fisik dasar.
Dan sekitar 30 persen dirawat di rumah sakit kembali setidaknya sekali selama tahun tertentu setelah cedera awal, menghabiskan jutaan dollar dalam biaya perawatan kesehatan rata-rata seumur hidup per pasien.
Harapan hidup orang dengan cedera tulang belakang secara signifikan lebih rendah daripada orang tanpa cedera tulang belakang dan tidak membaik sejak era '80-an.
Kesembuhan tulang belakang sulit terjadi karena tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri. "Saat ini, tidak ada terapi yang memicu regenerasi sumsum tulang belakang," kata pemimpin penelitian dari Northwestern University, Samuel I Stupp.
Melalui molekul yang memiliki kemampuan "menari" dari serat nano (nanofiber) ia dan tim ingin membuat perbedaan pada hasil cedera tulang belakang dan untuk mengatasi masalah ini, mengingat dampak luar biasa yang dapat terjadi pada kehidupan pasien. Juga, ilmu baru untuk mengatasi cedera tulang belakang dapat berdampak pada strategi penyakit neurodegeneratif dan stroke.
Untuk sementara terapi baru dapat digunakan untuk mencegah kelumpuhan setelah trauma besar seperti kecelakaan mobil, jatuh, kecelakaan olah raga dan luka tembak. Stupp percaya gerakan supramolekul seperti yang ditemukan tim merupakan faktor kunci dalam bioaktivitas dan dapat diterapkan pada terapi dan target lain.
"Jaringan sistem saraf pusat yang berhasil kami regenerasi di sumsum tulang belakang yang cedera serupa dengan yang ada di otak yang terkena stroke dan penyakit neurodegeneratif, seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit Parkinson, dan penyakit Alzheimer," kata Stupp.
"Di luar itu, penemuan mendasar kami tentang mengendalikan gerakan rakitan molekuler untuk meningkatkan pensinyalan sel dapat diterapkan secara universal di seluruh target biomedis," pungkas dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top