Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Tujuan Amerika Ciptakan Varian Covid Baru dengan Tingkat Kematian 80%

Foto : Letizo

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Para peneliti di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS) mengklaim telah berhasil mengembangkan varian Covid baru yang memiliki tingkat kematian 80 persen.

Dalam penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Menular Nasional setempat, tim ilmuwan dari Florida dan Boston mengekstrak protein lonjakan dari Omicron dan menempelkannya dengan strain yang pertama kali terdeteksi pada awal pandemi yang dimulai di Wuhan, Tiongkok.

Mereka kemudian mendokumentasikan bagaimana tikus bereaksi terhadap galur hibrida. Hasilnya, strain baru memiliki partikel virus lima kali lebih menular daripada varian Omicron.

Varian baru yang merupakan kombinasi Omicron dan virus asli di Wuhan itu membunuh 80 persen tikus yang terinfeksi. Sementara tikus yang terkena Omicron hanya mengalami gejala ringan.

"Pada tikus, sementara Omicron menyebabkan infeksi ringan dan tidak fatal, virus pembawa Omicron S (strain baru) menimbulkan penyakit parah dengan tingkat kematian 80 persen," tulis tim peneliti dalam sebuah makalah penelitian, dikutip dari Fox29, Senin (24/10).

Studi yang telah ditinjau dan disetujui oleh Institutional Biosafety Committee (IBC), yang terdiri dari ilmuwan serta anggota masyarakat setempat, dan Komisi Kesehatan Masyarakat Boston tersebut bertujuan untuk memeriksa protein spike (duri) pada varian Omicron SARS-CoV-2 (BA.1).

Mereka tertarik untuk membandingkan varian dengan strain virus asli, yang dikenal sebagai strain Washington, untuk mengetahui apakah strain terbaru tidak menyebabkan penyakit parah hanya karena virus itu tidak menginfeksi sel yang sama dengan strain sebelumnya. Dengan kata lain, para peneliti mencoba mencari tahu bagian dari virus yang menentukan seberapa serius penyakit akan diderita seseorang.

Mengutip laman resmi universitas, peneliti menegaskan penelitian ini tidak bertujuan memperkuat strain virus SARS-CoV-2 negara bagian Washington atau membuatnya lebih berbahaya. Faktanya, penelitian ini membuat virus bereplikasi menjadi kurang berbahaya.

"Penelitian ini menunjukkan bukan protein spike yang membuat Omicron lebih menular, tetapi protein virus lainnya. Menentukan protein apa, akan membantu memperbaiki diagnosis dan strategi pengelolaan wabah," ujar Mohsan Saeed, profesor biokimia di Boston University.

Walaupun tingkat kematian yang dihasilkan tergolong tinggi, para peneliti menekankan bahwa hasil itu diperoleh dari uji coba pada subjek hewan, yakni jenis tikus tertentu yang sangat rentan. Terlebih 80 persen hingga 100 persen tikus yang terinfeksi meninggal karena penyakit dari jenis aslinya, yang disebut jenis Washington.

"Padahal Omicron menyebabkan penyakit yang sangat ringan pada hewan-hewan ini." ungkapnya.


Redaktur : Fandi
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top