Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketegangan Rasial l Dua Senator Republikan Kecam Sikap dan Komentar Presiden AS

Trump Bela Monumen Konfederasi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengecam penyingkiran patung dan menumen terkait Perang Sipil Konfederasi dari kota-kota di AS. Trump menyebut langkah itu sebagai kebodohan dan pengingkaran terhadap sejarah.

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengecam peyingkiran monumen-monumen tokoh pro-perbudakan era Perang Sipil Konfederasi yang berada di berbagai kota di AS dan lebih menyuarakan supremasi warga kulit putih. Lewat media sosial pada Kamis (17/8), Trump menyebut penyingkiran itu sebagai langkah yang sangat bodoh.

"Menyedihkan melihat bagian dari sejarah dan budaya dari negara besar ini dihilangkan melalui penyingkiran patung dan monumen yang amat indah tersebut. Kalian tak bisa mengubah sejarah, namun bisa belajar dari sejarah," cuit Trump lewat Twitter. "Selain penyingkiran Robert E Lee dan Stonewall Jackson, siapa lagi? George Washington atau Thomas Jefferson? Sungguh teramat bodoh!" imbuh Trump.

Pernyataan terbaru Presiden Trump serta merta menuai kontroversi baru serta dikecam oleh para rekannya dari Partai Republik karena pernyataan Trump tersebut bisa memicu kembali ketegangan rasial.

Sebelumnya Presiden Trump diasingkan oleh anggota Partai Republik, pemimpin perusahaan besar, serta sekutu-sekutunya di AS karena dinilai lambat dalam menanggapi kerusuhan bernada SARA di Charlottesville, Virginia, pada akhir pekan lalu. Kerusuhan dipicu aksi protes kelompok supremasi kulit putih yang ingin mempertahankan patung tokoh Konfederasi yaitu Jenderal Robert E Lee.

Atas kelambanan Trump itu, Senator Republik yang juga menjabat sebagai anggota Komite Luar Negeri Senat, Bob Corker, mulai mempertanyakan kapasitas Trump dalam memerintah.

"Presiden sama sekali belum mempertunjukan kemampuan atau kapabilitas yang harusnya sudah amat dikuasainya," kata Corker sembari menyerukan agar Trump segera melakukan perubahan yang radikal.

Sementara itu di kalangan warga AS, pihak lawan menyebut eksistensi patung atau monumen Konfederasi menyimbolkan rasisme, sementara kelompok pendukung berdalih mereka ingin menghormati sejarah. Beberapa monumen memang dijadikan lokasi bagi kampanye supremasi kulit putih, namun sebagian warga tertarik hanya dalam lingkup pelestarian sejarah.

Tuntut Penyelesaian

Dalam kerusuhan akhir pekan lalu di Charlottesville, Virginia, seorang pegiat hak asasi manusia perempuan bernama Heather Heyer, tewas, dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, akibat seorang pemuda penyokong supremasi kulit putih menabrakan mobilnya ke kerumunan demonstran antisupremasi kulit putih.

Presiden Trump menyalahkan aksi kerusuhan di Charlottesville pada dua pihak dan menyebut kedua kelompok sebagai "warga yang amat baik". Tak hanya itu, Presiden Trump dalam konferensi pers pada Selasa (15/8) menyampaikan rasa tak suka atas penyingkiran patung konferederasi.

Sikap Trump itu membuat geram Senator Republik dari South Carolina, Lindsey Graham. "Karena sikap yang Anda dipertunjukan dalam menanggapi tragedi kerusuhan di Charlottesville, telah menuai pujian dari individu maupun kelompok paling rasis dan penuh kebencian di negara ini. Demi bangsa kita, sebagai presiden kita, tolong tuntaskan masalah ini. Sejarah akan menyaksikan kita atas apa yang terjadi saat ini," kata Graham.

Menyikapi pernyataan Graham, Presiden Trump malah membalasnya dengan menyebut Graham telah menyebarkan kebohongan dan pernyataan Graham dilontarkan karena ia tak bisa menerima kekalahan dalam pemilu presiden lalu.

Pada bagian lain, dua bos teknologi informasi AS, diwartakan pada Jumat (18/8) telah mengeluarkan pernyataan sikap atas komentar ekstrem Trump terkait kerusuhan di Charlottesville.

"Saya tidak setuju dengan pandangan Presiden dan pihak-pihak yang meyakini ada persamaan moral antara supremasi kulit putih, Nazi, dan orang-orang yang menentang mereka karena alasan hak asasi manusia," kata bos perusahaan Apple, Tim Cook dalam email yang dikirim kepada seluruh karyawan Apple. "Menyamakan keduanya tidak sesuai dengan ideologi Amerika," imbuh Cook.

Komentar hampir senada juga dilontarkan bos Facebook, Mark Zuckerberg. "Tak ada tempat untuk kebencian di komunitas kita. Itu makanya kita selalu mencabut posting yang mempromosikan atau merayakan kejahatan kebencian atau tidak terorisme, termasuk apa yang terjadi di Charlottesville," tulis Zuckerberg. BBC/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top