Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tren saat Ini Penyakit Jantung Mengancam Usia Muda

Foto : muhammad marup

President of Indonesian Heart Association, Radityo Prakoso dalam Press Briefing Hari Jantung Sedunia 2024 secara daring, Selasa (24/9).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - President of Indonesian Heart Association, Radityo Prakoso, mengingatkan penyakit jantung tidak hanya menyerang usia tua. Tren saat ini menunjukkan bahwa peningkatan usia penyakit jantung pada usia yang lebih muda.

"Terdapat peningkatan prevalensi serangan jantung pada usia kurang dari 40 tahun sebanyak 2 persen setiap tahunnya," ujar Radityo, dalam Press Briefing Hari Jantung Sedunia 2024 secara daring, Selasa (24/9).

Dia menerangkan, tren tersebut terjadi sebab peningkatan prevalensi obesitas, darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi, dan perubahan gaya hidup di usia muda. Beberapa penyakit jantung juga memiliki tren meningkat pada usia muda.

"Beberapa di antaranya yaitu gagal jantung dan salah satu penyakit jantung yang mengalami peningkatan pada usia muda adalah penyakit jantung koroner dan ini sampelnya berusia 16 sampai 50 tahun," jelasnya.

Radityo mengungkapkan, faktor risiko penyakit jantung koroner pada usia muda terbagi dua yaitu faktor yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Faktor yang tidak bisa diubah apa genetik atau riwayat keluarga dengan penyakit jantung.

Dia menambahkan, ada juga kasus genetik yang tidak menurun pada anak karena adanya modifikasi sehingga faktor risiko bisa dikurangi. Beberapa faktor yang bisa diubah yaitu kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gaya hidup, obesitas, diabetes, kebiasaan makanan berlemak, dan konsumsi alkohol berlebih.

"Tetapi kadang-kadang tidak muncul, kenapa karena faktor risiko yang dapat diubah ini bisa dimodifikasi sehingga ini bisa dikurangi risikonya," tuturnya.

Radityo menilai, pada usia dewasa muda, faktor pemicu penyakit jantung karena bekerja berlebihan yang berasosiasi dengan tingkat depresi stres dan ansietas yang lebih tinggi. Hal tersebut cenderung mendorong perilaku merokok dan kondisi obesitas karena minim melakukan aktivitas fisik.

"Selain itu stres juga dapat memicu peningkatan tekanan darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan atau stroke nah," tuturnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top