Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komoditas Peternakan - Sekitar 23% dari Total Ekspor SBW RI Tertuju untuk Pasar Tiongkok

Tren Ekspor Sarang Walet Meningkat

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Dengan tren ekspor terus meningkat, pemerintah fokus mendorong sarang burung walet menjadi salah satu komoditas andalan.

JAKARTA - Tren ekspor Sarang Burung Walet (SBW) menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir. Rumah dari burung walet atau collocalia sp ini dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan banyak dihasilkan di Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Kementan menyatakan komoditas asal subsektor peternakan ini juga mendapat dukungan dari Menteri Perdagangan, M Lutfi. Dukungan terhadap komoditas SBW disampaikan saat meluncurkan Platform Dagang Digital Indonesian Store (IDNStore), Kamis (14/1), di Jakarta.

Menteri M Lutfi menyebutkan keyakinannya akan tercapainya pertumbuhan yang ditargetkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan komoditas ekspor SBW menjadi andalan, bahkan sebagai harta karun.

Sebagai informasi, dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) tercatat selama masa pagebluk Covid-19, jumlah ekspor SBW sebanyak 1.155 ton dengan nilai 28,9 triliun rupiah atau meningkat 2,13 persen dari pencapaian pada 2019 yang hanya sebanyak 1.131,2 senilai 28,3 triliun rupiah.

"Selain sinar matahari, tanah subur dan banyak lagi yang diberikan Sang Maha Penguasa kepada bangsa ini harus kita jaga, harus kita kelola," ajak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, di Jakarta, akhir pekan lalu.

SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami. Saat ini, SBW yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan untuk produktivitasnya.

Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan, food safety-nya dilakukan oleh Barantan.

Masih menurut Mentan, melalui Barantan pihaknya mendampingi 23 eksportir SBW RI sehingga berhasil teregistrasi oleh otoritas karantina pertanian Tiongkok, GACC (General Administration of Customs of the People's Republic of China).

Tercatat 262 ton atau 23 persen dari total ekspor SBW RI dibeli oleh Tiongkok. Sebagai eksportir SBW terbesar didunia, para pelaku usaha RI banyak menyasar pasar Tiongkok karena harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, yakni antara 25 juta hingga 40 juta rupiah per kilogram.

Namun, dengan harga yang lebih tinggi ini, secara khusus Tiongkok juga mempersyaratkan ketentuan registasi bagi tempat pemroses sarang walet di samping pemenuhan persyaratan teknis tentunya.

Seperti diketahui, tempat pemrosesan sarang walet juga memerlukan tenaga kerja cukup besar atau padat karya, sehingga mampu memberikan dampak ekonomi berupa peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya. "Saat ini 13 pelaku usaha tempat pemrosesan sarang burung walet lainnya tengah kita dampingi untuk penetrasi pasar Tiongkok, semoga bisa sama-sama kita dukung agar tahun ini selesai," sebut Mentan.

Banyak Negara

Kepala Balai Karantina Pertanian-Kementan, Ali Jamil, mengucapkan selain Tiongkok, ada 23 negara tujuan ekspor lain bagi SBW RI, termasuk Australia, Amerika Serikat (AS), Kanada, Hong Kong, Singapura, dan Afrika Selatan.

"Setiap negara tujuan memiliki protokol ekspor masing-masing dan kami selaku otoritas karantina mengawal persyaratan teknisnya," kata Jamil.

ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top