Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pelestarian Lingkungan

Transisi Dunia Menuju Energi Bersih Berjalan Lambat

Foto : ANDREW CABALLERO-REYNOLDS / AFP

BATASI PEMANASAN GLOBAL I Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Miller di Adamsville, Alabama, AS, beberapa waktu lalu. Transisi menuju energi yang lebih bersih telah membuat kemajuan, tetapi tidak cukup cepat untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celsius.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Transisi menuju energi yang lebih bersih telah membuat kemajuan, tetapi tidak cukup cepat untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celsius, seperti yang disepakati dalam Perjanjian Iklim Paris2015.

Sementara itu, pandemi Covid-19 pada awalnya menyebabkan penurunan emisi gas rumah kaca karena aktivitas ekonomi menurun, wabah itu mungkin tidak mempercepat peralihan ke energi terbarukan.

Energi baru terbarukan (EBT) sekarang menjadi sumber listrik nomor dua di dunia dengan pangsa 26 persen pada 2019, di belakang batu bara, tetapi di depan gas alam dan nuklir. Tenaga angin dan matahari telah tumbuh pada tingkat tahunan masing-masing 22 dan 36 persen karena harganya telah jatuh sejak 1990.

Menurut Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), bahkan selama pandemi kapasitas 26 gigawatt (GW) ditambahkan tahun lalu, membuat rekor baru.

Namun, penggunaan bahan bakar fosil dalam konsumsi akhir (listrik, bahan bakar transportasi, pemanas, dan produksi pabrik) tetap stabil. Pada 80,3 persen tahun 2009, masih 80,2 persen pada 2019, karena konsumsi energi secara keseluruhan meningkat berkat pertumbuhan populasi serta peningkatan pendapatan di Asia.

Serbalistri k

Didorong oleh peraturan polusi yang lebih ketat, pembuat mobil terkemuka bertujuan menghapus mesin pembakaran internal dalam dekade berikutnya atau memotong produksi mereka secara tajam saat mereka beralih ke masa depan yang serbalistrik.

Jalan masih ramai dengan mobil berpolusi. Kendaraan listrik hanya mencapai lima persen dari unit baru yang terjual. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan konsumen masih memilih kendaraan jenis SUV besar. Mereka menyumbang 42 persen dari penjualan pada 2020, yang lebih mencemari dari model yang lebih kecil.

Dari Australia, Tiongkok, hingga Uni Eropa (UE) semakin banyak negara yang menetapkan lokasi mereka pada hidrogen hijau untuk truk dan pabrik.

Menemukan cara yang hemat biaya untuk memproduksi hidrogen secara bersih dan mengembangkan infrastruktur untuk penggunaannya akan membutuhkan lebih banyak usaha, dengan IEA mendesak empat kali lipat investasi di sektor ini.

Menurut lembaga pemikir I4CE, pada pertengahan 2020, sekitar 44 negara dan 31 kota yang menyumbang 60 persen dari output ekonomi global telah menerapkan skema penetapan harga karbon (pajak atau kuota).

Harga karbon bertujuan membuat pencemar membayar sebagian dari biaya sosial emisi seperti biaya perawatan kesehatan karena kualitas udara yang buruk dan kerusakan tanaman akibat perubahan iklim. Para ahli mengatakan harga butuh antara 40 dan 80 dollar AS per ton CO2 untuk mendorong pencemar agar meningkatkan efisiensi atau beralih ke sumber energi terbarukan. Namun, harganya di bawah 10 dollar AS untuk 75 persen emisi tertutup.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top