Traktor Listrik Otonom untuk Merevolusi
Foto: IstimewaDi tengah berkurangnya generasi petani, sektor pertanian saat ini cukup menghasilkan banyak emisi karbon. Traktor listrik otonom yang mampu bekerja siang maupun malam secara mandiri diharapkan dapat mengubah lanskap pertanian dalam meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi
Sebuah revolusi secara diam-diam bergulir di pertanian Amerika Serikat (AS). Revolusi itu terjadi pada e-traktor sebagai pilihan yang dapat meningkatkan efisiensi sekaligus memangkas emisi karbon dioksida mengancam terjadinya perubahan iklim.
Teknologi hijau ini dapat mengganti traktor diesel. Selain bebas emisi, e-traktor juga nyaris tanpa suara dan membebaskan sektor pertanian dari bahan bakar fosil yang digunakan untuk menggerakkan traktor diesel.
Dengan memanfaatkan teknologi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan teknologi robotika, e-traktor opsional pengemudi membantu meningkatkan efisiensi pada semua aspek pekerjaan lapangan. Mulai dari pembibitan dan penyiangan hingga panen dan perbaikan peralatan dan dapat membuka jalan menuju praktik tenaga kerja, lapangan, dan keberlanjutan yang lebih baik.
"Orang tidak lagi perlu bekerja keras seperti halnya bekerja di pabrik. Mesin melakukannya, dan orang-orang ada di sana untuk mengawasinya," kata, salah satu pendiri dan presiden Monarch Tractor yang berbasis di San Francisco Bay Area, Mark Schwager.
Schwager baru-baru ini meluncurkan e-traktor otonom pertama yang dapat bekerja secara mandiri. "Begitulah seharusnya bercocok tanam," kata dia seperti dikutip dari laman Smithsonian Magazine.
Di AS, traktor listrik berakar di California utara, wilayah yang padat pertanian dan teknologi. Pada 2017, Solectrac yang berbasis di Sonoma County meluncurkan model pertama. Meskipun dinilai agak lambat, perusahaan tersebut berhasil menjual sekitar dua lusin kendaraan dalam empat tahun pertama penjualan akhirnya mendapatkan daya tarik tahun lalu, semuanya berkat dibantu oleh hibah negara dan peningkatan kapasitas produksi.
"Perkembangan e-traktor mengikuti industri EV," kata Schwager.
Traktor ini menggunakan produksi baterai lithium-ion, motor, dan komponen penghasil daya. Apalagi Monarch Tractor yang didirikan pada 2018, kurang dari satu jam perjalanan dari pabrik Tesla di Freemont. Hal ini memungkinkannya memasuki basis manufaktur yang sudah mapan.
Nol emisi adalah nilai jual utama dari setiap kendaraan plug-in ini. Tetapi dengan traktor diesel yang memuntahkan karbon dan volume partikulat yang setara dengan 14 mobil, mengganti satu dengan versi listrik dapat memberikan dampak yang sangat besar, tanpa perubahan produktivitas, kata Schwager.
Dengan colokan listrik 220 volt, baterai berukuran otomatis dapat bertahan hingga 14 jam dengan sekali pengisian 5,5 jam. Masa pakainya mencapai 15 hingga 25 tahun tergantung pada frekuensi penggunaan. Aksesoris opsional untuk membawa baterai cadangan memungkinkan pertukaran cepat di lapangan selama operasi intensif daya.
Menghilangkan emisi hanyalah bagian dari paket e-traktor. Dilengkapi dengan kamera sensorik dan antarmuka yang sepenuhnya digital, model debut Monarch Tractor, Mark-V yang ringkas, menggabungkan teknologi EV yang dapat berjalan secara mandiri jika diperlukan.
Pilihan teknologi otonom dilakukan dengan memprogram pengoperasian secara otomatis yang dipandu dari jarak jauh. Saat e-traktor ini berjalan di ladang dan kebun dapat melakukan tugas multitasking seperti penyemprotan, atau menggaru tanah sepanjang barisan tanaman, membawa perbekalan atau mengangkut hasil panen.
Isi Kekosongan
Di tengah kekurangan tenaga kerja para petani yang menua dan generasi mudah yang tidak peduli traktor dapat mengisi kekosongan ini. "Ini akan mengisi lowongan pekerjaan yang tidak dapat diisi," kata Schwager.
Dengan menggunakan kemampuan otonom, misalnya, satu orang dapat mengontrol armada traktor dari sebuah layar untuk mengawasi berbagai tugas yang tersebar di seluruh lahan pertanian. Otomasi juga dapat membantu membebaskan pekerja dari bekerja dalam kondisi buruk, tambah Schwager, dan mendorong petani untuk menerapkan praktik yang lebih hijau.
Traktor opsional pengemudi dapat diprogram untuk pengoperasian otomatis. Dipandu dari jarak jauh alat ini bergerak di ladang atau kebun untuk tugas penyemprotan menggaru dengan bergerak di sepanjang barisan tanaman, membawa perbekalan atau mengangkut hasil panen.
Direktur Layanan Pesisir di Coastal Vineyard Care Associates di Santa Barbara, Domenick Buck, baru-baru ini menambahkan 18 e-traktor ke armada 40 mesin diesel perusahaan pengelola kebun anggurnya. Meskipun menurutnya kapasitas bobot EV terbatas pada alat penarik yang lebih lebar dan lebih berat, penghematan bahan bakar dan fitur otomatis termasuk kemampuan penglihatan pada malam hari yang memungkinkan kerja lapangan berlanjut setelah matahari terbenam semuanya membantu keuntungan, kata dia.
Teknologi tersebut telah menimbulkan kekhawatiran pekerja tentang keamanan pekerjaan. "Pada titik ini, itu bukan pengganti," ungkap Buck. "Dengan mengalokasikan tugas-tugas tertentu, itu melengkapi apa yang sudah kita miliki, membantu meredakan kecemasan atas kelangkaan dan meningkatnya biaya tenaga kerja," imbuh dia. "Sebagai operasi organik dan biodinamik, kami juga memperhatikan [dampak] abadi kami pada properti," kata Buck, "Jadi kami bersemangat untuk mengurangi jejak karbon kami," imbuh dia.
Berkurangnya polusi suara adalah bonusnya. Ketika mesin diesel sangat bergemuruh, traktor listrik cukup senyap cocok sehingga dapat beroperasi kapan saja.
Dengan harga dasar 89.000 dollar AS atau sekitar 1,3 miliar rupiah, e-traktor ini memang lebih mahal dua kali lipat dari traktor konvensional. Namun ongkos operasional yang murah mampu menghasilkan penghematan yang lebih baik.
Schwager mencatat, bagaimanapun Negara Bagian California menawarkan potongan harga yang murah hati yang dapat menurunkan harga hingga atau lebih rendah dari harga traktor diesel. Monarch Tractor bekerja sama dengan negara bagian lain dan pemerintah federal dalam program serupa, meskipun waktunya masih belum jelas. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Soft Launching PRAKSIS: Membangun Demokrasi yang Memajukan Kebaikan Bersama
- Waspada, Bhima Celios: Prabowo Bakal Hadapi tantangan Fiskal yang Jauh Lebih Berat
- Mandiri Institute Insight Perkuat Ekosistem Keuangan Berkelanjutan di Indonesia
- Hardjuno Wiwoho: DPR Harus Tunjukkan Political Will untuk Segera Sahkan RUU Perampasan Aset
- Hati-hati Tergoda Diskon, Kenali Trik Psikologis yang Mengelabui Otak dan Memicu Perilaku Belanja Impulsif