Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

“Titanic" Versi Nazi, Film Propaganda Termahal yang Berujung Tragedi

Foto : BBC/Getty Images

Poster film Titanic versi Nazi pada 1943

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Tenggelamnya kapal Titanic adalah tema yang populer dalam film. Siapa bisa lupa film peraih sejumlah Piala Oscar yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet pada 1997? Namun, 80 tahun yang lalu, tragedi di laut itu juga menginspirasi sebuah film propaganda Nazi yang belum pernah ditonton oleh kebanyakan orang - dan juga menampilkan sebuah kapal yang bernasib sama seperti Titanic.

Pada awal 1942, masa kejayaan SS Cap Arcona sudah lewat. Kapal berjuluk "Ratu Atlantik Selatan" ini dulunya adalah kapal paling megah dan paling mewah, tapi belakangan teronggok berkarat di salah satu pangkalan Angkatan Laut Nazi di Laut Baltik.

Dua tahun sebelumnya, kapal itu disita oleh Nazi, dilucuti berbagai perlengkapan mewahnya, dan diubah menjadi barak bagi para kelasi.

Namun, pada 1942, Cap Arcona ditarik dari masa pensiunnya dan ditempatkan di bawah lampu sorot. Karena desainnya amat mirip dengan RMS Titanic, kapal tersebut mendapat peran utama dalam film produksi Nazi tentang tragedi terkenal di lautan itu.

Tenggelamnya kapal Titanic bukanlah topik baru, bahkan pada masa itu. Film pertama tentang tragedi Titanic telah diangkat ke layar lebar sejak 1912, tahun ketika kapal itu tenggelam di Samudera Atlantik Utara pada pelayaran perdananya.

Tetapi Joseph Goebbels, menteri propaganda Hitler, menemukan naskah dengan pandangan yang sangat berbeda tentang peristiwa tersebut. Dia ingin menggambarkan tragedi itu sebagai akibat dari keserakahan Inggris-Amerika.

"Goebbels dan Nazi sudah memproduksi ratusan film propaganda waktu itu, tetapi kali ini mereka ingin sesuatu yang berbeda," kata Profesor Robert Watson, sejarawan AS dan penulis The Nazi Titanic, sebuah buku tentang Cap Arcona, kepada BBC pada akhir pekan lalu.

"Pada tahun 1942, Jerman menghadapi kemunduran yang cukup besar dalam perang dan Goebbels berpikir mereka perlu mencetak kesuksesan besar di bidang propaganda," imbuh dia.

Petinggi Nazi itu terkejut dengan kesuksesan film Casablanca. Dirilis pada tahun yang sama, drama romantis Hollywood yang sangat sukses ini mempopulerkan narasi anti-fasis yang kuat, dan ini mengusik sang tokoh propaganda Jerman untuk beraksi.

Dengan versi tragedi Titanic yang sudah "dinazifikasi", Goebbels bercita-cita membalas Sekutu menggunakan cara serupa.

"Dia tidak mau berhemat dalam membuat film 'tanggapan' terhadap Casablanca ini, dan itu termasuk menggunakan replika kapal Titanic, yaitu Cap Arcona," imbuh Profesor Watson.

"Kedua kapal itu pada dasarnya sama, meskipun Cap Arcona hanya punya tiga cerobong asap, satu lebih sedikit dari Titanic. Tapi ia mendapatkan satu cerobong palsu ketika syuting," ucap dia.

Saat Jerman sedang kesulitan di tengah upaya perang, Goebbels mengalokasikan dana besar-besaran untuk produksi film.

Dalam bukunya, Profesor Watson mengklaim bahwa Nazi menggelontorkan anggaran empat juta reichsmark - setara dengan sekitar 180 juta dollar AS (2,8 trilun rupiah) saat ini, untuk memproduksi film Titanic versi Nazi yang menjadikannya sebagai salah satu film termahal yang pernah dibuat.

Ratusan tentara ditarik dari medan perang untuk berperan sebagai figuran dan film tersebut menampilkan beberapa bintang film paling terkenal di Jerman, seperti Sybila Schmidt.

Namun, proses produksinya kacau. Tentara melecehkan para aktor perempuan dan ada kepanikan bahwa lokasi syuting film yang terang akan menjadi sasaran pengeboman sekutu.

Ada juga masalah lain yang lebih serius: Herbert Selpin, sutradara yang ditugaskan untuk proyek ini, tidak disukai oleh para pejabat Nazi. Bahkan, setelah mengkritik campur tangan petinggi Nazi dalam jadwal syuting, Selpin ditangkap dan diinterogasi oleh Goebbels sendiri.

Dia kemudian ditemukan gantung diri di sel penjaranya.

Ubah plot

Tetapi, entah bagaimana, film itu berhasil dibuat, dengan propaganda keras pada inti ceritanya: kecelakaan itu digambarkan sebagai kisah keserakahan perusahaan Inggris pemilik Titanic, yang mengabaikan upaya satu-satunya anggota kru Jerman untuk memperlambat kapal saat melintasi perairan Atlantik Utara yang penuh es.

Pada akhirnya, sebuah pesan epilog menyatakan dalam bahasa Jerman bahwa kematian lebih dari 1.500 penumpang merupakan "kecaman abadi atas pencarian tanpa akhir Inggris untuk mendapatkan keuntungan".

"Ada film propaganda Nazi dengan pesan yang jauh lebih halus," sejarawan Jerman bernama Alex Von Lunen menjelaskan.

"Film Titanic ini seakan menunjukkan delusi beberapa anggota Nazi tentang efek propaganda. Mereka benar-benar merasa seakan-akan mereka masih bisa memenangkan perang jika mereka sekadar menyemangati rakyat. Dan hal yang kemudian terjadi dengan film tersebut benar-benar membuatnya lebih menarik," imbuh dia.

Von Lunen merujuk pada bagaimana Goebbels, yang telah memberi lampu hijau pada produksi, akhirnya melarang film itu ditayangkan di bioskop Jerman setelah menonton produk akhirnya.

Sang pejabat Nazi merasa adegan tragedi dalam film itu begitu realistis sehingga dapat memicu kepanikan di saat banyak warga sipil Jerman hidup dalam ketakutan akan serangan udara.

"Hal yang juga menjadi masalah ialah bahwa perwira fiktif asal Jerman di atas Titanic dalam film itu melanggar perintah atasannya karena meyakini bahwa mereka salah secara moral. Itu bukan pesan yang ingin disampaikan Nazi kepada para perwira Jerman di kehidupan nyata," kata Von Lunen.

Dalam bukunya, Profesor Watson mencatat bahwa film tersebut awalnya hanya dirilis di wilayah pendudukan Jerman dan tidak ditayangkan di dalam Jerman sampai tahun 1949, ketika ditemukan kembali dalam arsip Nazi.

"Namun terlepas dari pesan politiknya, film ini mengesankan dari perspektif teknologi," kata Profesor Watson.

"Dan contoh terbesarnya ialah A Night to Remember, film Inggris tahun 1958 tentang Titanic, menggunakan adegan dari produksi Nazi karena kualitas dan realismenya."

Tragedi dalam Kehidupan Nyata

Fakta bahwa film Titanic versi Nazi gagal, konsekuensi logisnya Cap Arcona bakal kembali terlupakan.

Nyatanya, kapal itu mendapatkan tempat yang lebih terkenal dalam sejarah.

Setelah digunakan dalam evakuasi lebih dari 25.000 tentara Jerman dan warga sipil dari pasukan Russia yang menyerang di front timur, pada 1945 ia menjadi kapal penjara yang ditambatkan di Baltik untuk narapidana yang dipindahkan dari berbagai kamp konsentrasi dalam upaya menyembunyikan bukti kejahatan Nazi.

Profesor Watson mengatakan bahwa dokumen dari kedua pihak memperkirakan bahwa setidaknya 5.000 orang berada di atas Cap Arcona pada 3 Mei ketika kapal itu dihantam oleh serangkaian serangan oleh pesawat pengebom Angkatan Udara Kerajaan Inggris.

Rentetan serangan itu didasari laporan intelijen bahwa Cap Arcona dan kapal-kapal lain di wilayah itu dapat menampung petugas SS yang berusaha melarikan diri dari penangkapan.

"Kurang dari 300 orang mungkin selamat. Itu adalah salah satu insiden kawan melawan kawan terburuk yang pernah terjadi dalam perang," kata dia.

Dua kapal lain yang digunakan untuk tujuan yang sama juga diserang, menambah perkiraan jumlah total korban menjadi 7.000.

Yang lebih tragis lagi ialah Cap Arcona dan kapal-kapal lainnya diserang hanya empat hari sebelum Jerman menyerah tanpa syarat dan berakhirnya perang di Eropa.

Pada akhirnya, jumlah korban yang tewas akibat tenggelamnya kapal Titanic Nazi lebih dari dua kali lipat dari tragedi kapal Titanic yang asli. BBC/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top