Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembangunan Infrastruktur

Tiongkok Tak Bisa Jalankan Jalur Sutera Sendirian

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Seorang pengamat diplomatik senior asal Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/9) menyatakan bahwa Tiongkok tak bisa membangun megaproyek infrastruktur yang dikenal dengan sebutan inisiatif Jalur Sutera itu, secara sendirian. Jalur Sutera adalah ambisi pembangunan infrastruktur besar-besaran Tiongkok dengan menggandeng dan mengkoneksi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

"Adalah hal yang tak realistik jika Tiongkok membangun tatanan dunia alternatif secara sendirian dengan negara-negara regional karena mereka saat ini tak ingin memihak Tiongkok maupun Amerika Serikat (AS)," demikian pernyataan Miles Kahler, pengamat hubungan internasional di kawasan Pasifik dan juga profesor ilmu politik dari University of California San Diego.

"Strategi infrastruktur Tiongkok yang dikenal dengan sebutan Jalur Sutera, saat ini telah mendapatkan tentangan dari Malaysia dan kemungkinan juga datang dari Maladewa," ungkap Kahler.

Inisiatif Jalur Sutera diprakarsai Presiden Tiongkok, Xi Jinping, pada 2013. Tujuan dari inisiatif ini untuk mendorong pembangunan dan jalur dagang dengan lebih dari 60 negara di Asia dan Afrika. Adapun lembaga yang mendanai megaproyek ini adalah Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang diketuai Tiongkok.

"Banyak orang melihat AIIB dan Jalur Sutera sebagai bagian dari pembangunan sistem perekonomian paralel Tiongkok. Saya tak yakin hal itu realistik atau dapat dilaksanakan," kata Kahler saat berbicara di forum pemerintahan global di Beijing.

Harapkan Kompetisi

Ditambahkan oleh Kahler tak semua negara di kawasan Asia-Afrika menginginkan inisiatif pembangunan infrastruktur itu karena memiliki kepentingan sendiri maupun mempertahankan otonomi. Kasus ini dialami Malaysia yang telah meninjau ulang proyek kereta cepat jalur pesisir timur senilai 15 miliar dollar AS dengan alasan Negeri Jiran harus membenahi utang-utangnya terlebih dahulu.

Melalui megaproyek ini, Tiongkok bisa mencoba untuk memperluas pengaruh geopolitiknya, namun menimbulkan utang bagi negara-negara miskin, serta peningkatan dukungan terhadap Beijing yang akan jadi tantangan bagi kehadiran AS di kawasan itu.

Negara-negara mapan seperti Inggris dan Prancis, tak mau meneken kesepakatan bersama bagi proyek Jalur Sutera dengan alasan tak adanya transparansi. Pada Juli lalu.

"Negara-negara berukuran sedang yang banyak terdapat di Asia, tak tertarik untuk mengalihkan tatanan yang didominasi AS ke tatanan yang didominasi Tiongkok," ungkap Kahler. "Yang mereka ingin lihat adalah tatanan yang kompetitif, bukan konflik yang seperti terjadi saat ini," imbuh dia sembari menambahkan bahwa negara-negara Asia menginginkan terjadinya kompetisi antara pemain kuat di kawasan, namun tak menginginkan salah satunya menjadi sangat kuat.

"Saya berharap akan terjadinya kompetisi yang dibatasi, karena jika diluar kendali akan jadi permusuhan dan hal itu akan jadi kekuatan yang amat merusak," pungkas dia.

SB/Bloomberg/SCMP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top