Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
KTT APEC I Asia Pasifik Harus Menjunjung Tinggi Multilateralisme

Tiongkok Siap Buka Akses Pasarnya ke Asia Pasifik

Foto : Sumber: APEC - AFP
A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam pertemuan dengan para pemimpin ekonomi negara-negara Asia Pasifik (APEC), akhir pekan lalu, di Bangkok, mengatakan bahwa perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu tujuan dan prinsip dari kerja sama negara di kawasan itu untuk mewujudkan Visi Putrajaya 2040.

Pernyataan itu disampaikan Xi saat diskusi tentang investasi dan perdagangan berkelanjutan di Asia Pasifik.

Menurut Xi, negara-negara harus menjunjung tinggi multilateralisme sejati dan melindungi sistem perdagangan multilateral. Upaya harus lebih banyak dilakukan untuk melindungi sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan, menjaga rantai pasokan dan industri global tetap aman dan stabil, mengembangkan lingkungan perdagangan dan investasi yang terbuka, adil, dan tidak diskriminatif, serta berjuang untuk segera mewujudkan area perdagangan bebas Asia-Pasifik yang komprehensif dan berstandar tinggi.

APEC Putrajaya Vision 2040 merupakan kelanjutan dari Bogor Goals yang telah mencapai tenggatnya pada tahun 2020 ini. Dan visi baru ini akan menjadi landasan selanjutnya kerja sama APEC untuk 20 tahun ke depan.

APEC Putrajaya Vision 2040 berfokus pada empat hal. Pertama, penguatan sistem perdagangan dan investasi, kedua pengembangan inovasi dan digitalisasi, ketiga memastikan ketahanan kawasan melalui pertumbuhan yang kuat dan berkualitas di kawasan APEC, serta yang keempat semangat penguatan kelembagaan APEC dan penetapan 2040 sebagai batas pencapaian visi APEC.

Xi juga menekankan perlunya menjunjung tinggi inklusivitas demi keuntungan semua pihak. Pembangunan inklusif harus mendapat lebih banyak perhatian.

Berbagai upaya, lanjutnya, perlu dilakukan guna membangun arsitektur kerja sama ekonomi regional yang meliputi konsultasi yang setara, partisipasi gabungan, dan keuntungan bersama, serta mengembangkan pasar Asia-Pasifik yang besar dan mampu mendatangkan keuntungan bagi semua pihak, sehingga semua ekonomi dapat tumbuh bersama melalui pembangunan yang saling terkait dan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan melalui komplementaritas.

Tiongkok mengajukan sejumlah inisiatif tentang revitalisasi daerah-daerah pedesaan, mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) yang menggunakan teknologi khusus dan canggih untuk menghasilkan berbagai produk baru dan unik, serta memajukan inklusi ekonomi melalui perdagangan dan investasi.

Tujuan dari semua itu adalah untuk membagikan keuntungan dari pembangunan dan inovasi kepada lebih banyak orang, dan memfasilitasi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan bagi semua pihak di Asia-Pasifik.

Pemimpin ekonomi terbesar kedua dunia itu juga menekankan pentingnya menjunjung tinggi kerja sama regional yang terbuka demi kemakmuran kawasan Asia-Pasifik dengan mengambil inisiatif yang lebih besar guna membuka dan meningkatkan level kerja sama ekonomi regional di segala bidang.

Tiongkok, jelasnya, tidak akan goyah dalam komitmennya terhadap keterbukaan berstandar tinggi. Tiongkok akan membuka pintunya lebih lebar lagi. Pameran Impor Internasional Tiongkok (Tiongkok International Import Expo/ CIIE) kelima yang digelar baru-baru ini adalah bukti lain dari tekad kuat Tiongkok untuk mendukung perdagangan bebas dan terbuka serta membuka pasarnya bagi dunia. Tiongkok akan melakukan lebih banyak upaya untuk mengimpor barang dan jasa berkualitas serta menciptakan lebih banyak peluang pasar, pertumbuhan, dan kerja sama bagi dunia.

Pertemuan tersebut menghasilkan Deklarasi Pemimpin Ekonomi APEC 2022 dan Tujuan Bangkok tentang Ekonomi Bio-Circular-Green (BCG).

Tandingi Barat

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, mengatakan statemen dari Xi Jinping di Bangkok itu menegaskan kembali bahwa Tiongkok siap menjadi pelopor dari perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik khususnya untuk menandingi kekuatan dari negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS).

Hal itu ditawarkan karena Tiongkok memiliki perangkat Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang sudah mulai diratifikasi di banyak negara, kemudian RCEP sebagai perangkat perdagangan bebas juga dilengkapi dengan jalur sutra baru atau untuk pendanaan dan termasuk pembiayaan infrastruktur.

Sementara itu, Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Brawijaya, Malang, Adhi Cahya Fahadayna, mengatakan pernyataan pemimpin Tiongkok tersebut bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya.

"Ini sangat kontradiktif dengan kondisi sekarang. Adanya perang dagang antara AS dan Tiongkok, akibatnya visi Putrajaya tersebut akan sulit diwujudkan. Ini memperkuat indikasi bahwa hanya negara-negara dominan seperti AS dan Tiongkok saja yang bisa membuat satu keputusan bagi kawasan," kata Adhi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top