Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sengketa LTS I Peneliti Tiongkok Tuduh Kapal Filipina Rusak Terumbu Karang di Sabina Shoal

Tiongkok Rilis Laporan Ekologi untuk Perkuat Klaim

Foto : AFP/Ted ALJIBE

Kerjasama Bilateral l Menhan Vietnam, Phan Van Giang (kiri), dan Menhan Filipina, Gilberto Teodoro, tepuk tangan usai meneken perjanjian kerjasama pertahanan di Kementerian Pertahanan Nasional Filipina di Manila pada Jumat (30/8). Dalam perjanjian tersebut, kedua negara sepakat untuk menyelesaikan sengketa di LTS secara damai.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok pada Jumat (30/8) merilis laporan ekologi pertama yang mendukung klaimnya atas Sabina Shoal, sebuah terumbu karang yang disengketakan yang dalam beberapa hari terakhir telah menjadi titik api baru antara Beijing dan Manila di Laut Tiongkok Selatan (LTS).

"Tidak ada bukti pemutihan karang yang meluas di terumbu karang tersebut, seperti yang dituduhkan oleh Filipina tahun ini," kata Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok dalam sebuah laporan survei seraya menambahkan bahwa karang-karang tersebut secara umum dalam keadaan sehat dengan beberapa kerusakan lokal.

Manila mencurigai Beijing mereklamasi terumbu karang buatan di sekitar Sabina Shoal setelah menemukan bahwa karang yang hancur telah dibuang di sana, yang katanya merusak ekosistem.

Namun, para penulis laporan tersebut mengatakan bahwa justru aktivitas manusia yang sering dilakukan oleh personel Filipina telah menyebabkan dampak yang signifikan di dalam dan di sekitar Sabina Shoal.

Tiongkok juga menuduh Filipina menambatkan kapal secara ilegal, termasuk menambatkan kapal Penjaga Pantai BRP Teresa Magbanua di laguna beting tersebut, sehingga mengganggu pertumbuhan karang yang normal di daerah tersebut.

Penjaga Pantai Tiongkok pada Rabu (28/7) lalu mengatakan bahwa sebuah helikopter Filipina telah menjatuhkan pasokan ke BRP Teresa Magbanua setelah upaya Penjaga Pantai Filipina untuk memasok kembali kapal tersebut berulang kali diblokir oleh Tiongkok.

Kapal tersebut telah berada di daerah tersebut sejak April lalu untuk memantau kegiatan ilegal yang dicurigai dilakukan oleh Tiongkok di beting tersebut.

Tiongkok menuduh Filipina menduduki secara paksa Sabina Shoal, sementara Penjaga Pantai Filipina bersikeras bahwa kapal tersebut sedang dalam misi patroli rutin untuk mempertahankan kehadiran Filipina dan untuk memastikan perlindungan atas wilayah tersebut.

Kebuntuan ini pun telah mengakibatkan beberapa insiden tabrakan, di mana kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain.

Sabina Shoal secara umum dikenal sebagai dataran rendah di Kepulauan Spratly, yang berada di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina, dan hanya berjarak 140 kilometer dari Pulau Palawan di Filipina. ZEE memberikan akses eksklusif kepada negara pantai atas sumber daya alam di perairan dan dasar laut.

Namun, survei Tiongkok yang dilakukan antara Mei dan Juli tahun ini, menemukan bahwa bagian dari kawanan karang yang terbentuk secara alami tersebut berada di atas air pada saat air pasang. Ini berarti beting tersebut dapat memenuhi syarat sebagai sebuah pulau sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), kata Chen Xiangmiao dari Institut Nasional untuk Studi LTS, sebagaimana dikutip oleh tabloid milik pemerintah Tiongkok, Global Times.

Jika Sabina Shoal diakui sebagai pulau Tiongkok, maka Beijing dapat mengklaim kedaulatan atas perairan di sekitarnya, sehingga kehadiran kapal-kapal Filipina di sana menjadi ilegal. Namun, untuk mendapatkan pengakuan, Beijing harus membawa kasus ini ke PBB dalam proses hukum yang panjang.

Perjanjian Pertahanan

Sementara itu kantor Kepresidenan Filipina pada Jumat mengumumkan bahwa Filipina dan Vietnam akan menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan.

Perjanjian ini akan menjadi sebuah langkah signifikan oleh kedua negara yang telah lama menentang tindakan Tiongkok di LTS.

Menteri Pertahanan Vietnam, Phan Van Giang, berada di Manila pada Jumat untuk mengadakan pembicaraan dengan mitranya dari Filipina, Gilberto Teodoro, dan sebelumnya pada hari itu ia melakukan kunjungan kehormatan pada Presiden Ferdinand Marcos Jr.

"Kita sekarang berbicara tentang kerjasama pertahanan, kerjasama keamanan, kerjasama maritim, dan tentu saja, di bidang perdagangan juga," kata Presiden Marcos Jr.

Perjanjian ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di LTS dan kekhawatiran internasional tentang eskalasi, serta atas perilaku armada Penjaga Pantai Tiongkok dan aktivitasnya di ZEE negara tetangganya.

Vietnam harus berupaya keras untuk menyeimbangkan tindakan-tindakan yang berlawanan dengan Tiongkok yang dianggapnya melanggar kedaulatannya, sembari tetap perlu menjaga hubungan dekat dengan negara tetangga besarnya yang telah dijalin selama beberapa dekade oleh Partai Komunis yang berkuasa.

Meskipun terdapat klaim yang tumpang tindih di Kepulauan Spratly di LTS, tempat Vietnam dan Filipina masing-masing menempati atol dan terumbu karang, kedua negara telah menyatakan keinginan untuk bekerja sama dan mengatasi perselisihan.ST/RFA/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top