Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perlombaan Senjata

Tiongkok dan Russia Integrasikan Rudal Canggih Lawan AS

Foto : AFP/SERGEI ILNITSKY

BERSALAMAN I R Presiden Russia, Vladimir Putin (kanan) bersalaman dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di Kremlin, Moskwa, beberapa waktu lalu. Kedua pemimpin negara sepakat mengembangkan rudal canggih untuk menandingi persenjataan Amerika Serikat.

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) menuding Russia dan Tiongkok secara aktif mengembangkan sistem pertahanan rudal yang semakin canggih. Dilansir dari situs resmi pemerintah Russia, TASS, Selasa (29/7) waktu setempat, rudal-rusal itu akan diintegrasikan ke dalam strategi pertahanan kedua negara sebagai persaingannya dengan AS.

"Tiongkok dan Russia sedang mengembangkan sistem pertahanan rudal yang semakin canggih dan banyak," kata pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS).

Menurut pejabat itu, pertahanan rudal menjadi elemen yang penting dalam persaingan antar-negara adidaya. Pejabat itu menambahkan bahwa Tiongkok sangat bergantung kepada kemampuan rudal Russia untuk saat ini. "Orang Tiongkok tekun mempelajari masalah dan telah berinvestasi dalam penelitian untuk membangun kemampuan mereka sendiri," lanjutnya.

Sementara itu, Utusan Khusus Presiden AS untuk Pengendalian Senjata, Marshall Billingslea, mengatakan bahwa AS tidak akan melakukan komitmen apa pun dalam domain pertahanan rudal selama pembicaraan dengan Russia.

Russia sudah menyelesaikan uji coba rudal hipersonik, Zircon, yang diklaim bisa menghancurkan pertahanan AS. Berdasarkan keterangan dari Kementerian Pertahanan Russia, tes itu selesai setelah rudal tersebut ditembakkan dari kapal fregat Admiral Gorshkov. Rudal itu dilaporkan bisa melaju hingga enam kali kecepatan suara dan terbang sejauh 965 kilometer, serta bisa menghantam target dalam tujuh menit.

Zircon dilaporkan dikembangkan selama 20 tahun dan menjadi senjata utama baru dalam pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Senjata itu didesain untuk menyerang target baik di darat maupun kapal dan bisa segera diangkut ke kapal fregat terbaru Russia.

Perang Informasi

Sementara itu, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan Beijing dan Moskwa akan bekerja sama dalam perang informasi. Langkah ini dilakukan di tengah pertarungan ideologis antara Tiongkok dengan Amerika Serikat yang semakin meningkat.

South China Morning Post memberitakan dalam kritik terselubung terhadap AS, Hua Chunying, yang juga menjabat sebagai direktur departemen pers kementerian, dan rekannya dari Russia, Maria Zakharova, mengatakan negara-negara tertentu telah menyebarkan disinformasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik.

"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menempelkan label pada virus dan membatasi dan menindas media asing karena melakukan pekerjaan mereka," kata Kementerian Luar Negeri Tiongkok dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Tiongkok saat konfrontasi antara Tiongkok dan AS terus berkobar di berbagai bidang. Mulai dari penanganan awal Beijing terhadap penyebaran virus korona, hingga pelaksanaan hukum keamanan nasional di Hong Kong.

Konflik AS dan Tiongkok terbaru adalah aksi saling balas perintah penutupan konsulat mereka. Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di Chengdu pada Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston.

Selama konferensi video itu, Hua dan Zakharova mengatakan negara-negara lain harus bergabung dengan upaya mereka untuk menolak disinformasi.

"Negara-negara seharusnya tidak mengadopsi standar ganda, mencampuri urusan dalam negeri orang lain atau tuduhan tanpa dasar yang sama pada sistem politik negara lain, jalur pembangunan dan pemerintahan negara berdasarkan ideologi dan prasangka politik," kata mereka, menurut Kementerian Luar Negeri Tiongkok. AFP/SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top