Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Peningkatan Kerja Sama

Tiongkok dan AS Rancang Pertemuan Puncak Xi-Biden

Foto : KAZUHIRO NOGI / AFP

Wakil Menlu AS untuk Urusan Politik, Wendy Sherman

A   A   A   Pengaturan Font

TIANJIN - Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok membuka kemungkinan pertemuan puncak antara pemimpin ke dua negara itu, meskipun Beijing sempat mengajukan serangkaian tuntutan yang sulit untuk dipenuhi oleh AS.

Dalam pembicaraan di Tianjin dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman, Senin (27/7), Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, menegaskan kembali persyaratan dari Beijing yaitu AS harus berhenti mengkritik sistem politik Tiongkok, membatalkan semua sanksi dan tarif, dan menjauh dari urusan Hong Kong, Taiwan, dan urusan Xinjiang.

Setelah itu, pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan kepada wartawan bahwa Sherman berfokus pada menetapkan pagar pembatas pada ikatan, daripada menegosiasikan masalah tertentu. Mereka menggambarkan diskusi itu berjalan transparan dan profesional, meskipun terkadang sulit.

Pembicaraan di Tianjin, sekitar 100 kilometer sebelah timur Beijing, bisa menjadi langkah pertama menuju pertemuan antara Presiden AS, Joe Biden, dan Presiden Xi Jinping dari Tiongkok, yang kemungkinan digelar pada KTT G-20 pada Oktober.

"Presiden tetap percaya pada diplomasi tatap muka, dan mengharapkan itu akan terjadi pada titik tertentu," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, ketika ditanya apakah perbedaan yang muncul di Tianjin akan mencegah pertemuan puncak Biden-Xi.

Atasi Ketidaksepakatan

Tantangan yang dihadapi Washington dan Beijing adalah menunjukkan mereka dapat mengatasi ketidaksepakatan tanpa terlihat memberi alasan kepada publik domestik. Hal itu terbukti sangat sulit mengingat perasaan masam yang masih dialami banyak orang di pemerintah Tiongkok setelah perang dagang yang meletus di bawah mantan Presiden AS, Donald Trump, dan di tengah berbagai ketidaksepakatan.

"Kedua belah pihak berusaha mencari kemenangan penuh atas yang lain, meninggalkan sedikit ruang untuk kompromi. Akan mengejutkan jika dua negara dapat menemukan solusi untuk salah satu masalah utama," kata Direktur Pusat Studi Amerika Universitas Renmin di Beijing, Shi Yinhong.

Kunjungan Sherman adalah bagian dari dorongan diplomatik AS yang luas di kawasan itu, saat Biden berupaya menarik pasukan AS dari Afghanistan, dan meningkatkan hubungan luar negeri yang tegang untuk menjawab tantangan yang diajukan Tiongkok dengan lebih baik.

Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, dijadwalkan untuk mengunjungi India minggu ini, sementara Menteri Pertahanan, Lloyd Austin, melakukan perjalanan ke Singapura, Vietnam, dan Filipina.

AS berusaha menyeimbangkan kritik dan penjangkauan diilustrasikan dalam ringkasan pembicaraan Departemen Luar Negeri. Setelah menceritakan serangkaian keluhan dari "penumpasan anti-demokrasi di Hong Kong" dan "genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang sedang berlangsung di Xinjiang" hingga perilaku Beijing di dunia maya, dan "di seberang Selat Taiwan", departemen itu mengalihkan nada untuk menyimpulkan bahwa "Wakil Menteri menegaskan pentingnya kerja sama di bidang kepentingan global", termasuk perubahan iklim, perdagangan narkoba dan proliferasi senjata.

Tetapi Wakil Menteri Luar Negeri, Xie Feng, yang bertemu dengan Sherman sebelum Wang, memperingatkan hubungan itu "dalam jalan buntu dan menghadapi kesulitan serius". Menurut kantor berita resmi Xinhua, Xie memberi diplomat AS itu dua daftar tuntutan yang dia gambarkandiperlukan untuk menstabilkan hubungan, termasuk "kesalahan AS yang harus dihentikan" dan "kasus individu utama yang menjadi perhatian Tiongkok".

Di antara tuntutan Tiongkok adalah mengakhiri upaya AS untuk mengekstradisi Chief Financial Officer (CFO) Huawei, Meng Wanzhou, dari Kanada. Publikasi persyaratan semacam itu mempersulit Biden untuk mengabulkan salah satu dari mereka, karena Presiden dari Partai Demokrat ini menghadapi tekanan domestik untuk tidak bersikap lunak terhadap Beijing.

"Pernyataan Xie menunjukkan pembicaraan itu sangat sulit, dan tampak seperti kelanjutan dari pertemuan yang menegangkan pada bulan Maret di Alaska," kata pakar hubungan internasional di Universitas Nanjing, Zhu Feng.

"Komentarnya juga ditujukan untuk memberikan kepercayaan publik Tiongkok bahwa pemerintah tidak akan menyerah dalam menghadapi tekanan yang meningkat dari pihak AS," ujarnya.

Awal bulan ini, Xi memberi isyarat bahwa pemerintahnya akan lebih tegas di panggung dunia, mengatakan pada pidato yang menandai peringatan 100 tahun Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa. "Rakyat tidak akan pernah membiarkan pasukan asing menggertak, memaksa, dan memperbudak kita," ungkapnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top