Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengembangan Usaha - Program SME Epic sejak Mei 2024 Dampingi 150 UKM Terpilih

Tingkatkan Akses Pembiayaan dan Investasi bagi UKM

Foto : ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO

DAYA SAING MELEMAH - Pekerja mewarnai keramik setengah jadi sebelum dibakar di rumah produksi Dinikoe Ceramics, Malang, Jawa Timur, Senin (13/5). Pelaku UMKM keramik setempat mengaku kesulitan mengembangkan usaha karena tersaingi produk Tiongkok yang masuk melalui pasar digital serta kenaikan harga bahan baku penunjang.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah mengajak sejumlah investor untuk memperkuat pembiayaan dan investasi bagi usaha kecil menengah (UKM) melalui The Business Link Up sebagai dari rangkaian program Small Medium Enterprise Expo Pembiayaan Investasi Crowdfunding (SME Epic) 2024 hasil kolaborasi dengan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek). Fokus dan tujuan program ini adalah memberikan pendampingan bagi UKM dan startup untuk mendapatkan pembiayaan, investasi, serta buyer potensial.

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi bidang UKM Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), Temmy Satya Permana, menyatakan para pelaku UKM juga akan mendapatkan rangkaian kegiatan seperti lokakarya, evaluasi mandiri pembiayaan, pelatihan pitching, hingga business matching dengan berbagai jenis lembaga pembiayaan.

"Kami berharap para security crowdfunding, modal ventura, private investor, angel investor, perbankan dan partner yang telah hadir di sini dapat membuka diskusi dan memberikan peluang UMKM naik kelas," kata Temmy dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu (7/8).

Investor dan partner tersebut, meliputi Saratoga Investama, INTRAS, UMG Idealab, Shafiq Securities Crowdfunding, Superkey Consulting Group, Toko Daging Nusantara, Bank Syariah Indonesia, Bank DKI Syariah, Bank Mandiri, Private Investor, Spil Venture, URUN RI, Kadin Indonesia, dan Bank Mega.

Temmy menekankan masalah utama UMKM dalam mengakses pembiayaan yaitu collateral, status Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang kurang baik, dan suku bunga bank. Untuk itu, dia menilai inovasi kebijakan pembiayaan untuk UMKM perlu terus diperkuat, di antaranya skema pembiayaan UMKM melalui rantai pasok sesuai amanah PP 7/2021.

Selain itu, Temmy menilai perlu penerapan innovative credit scoring (ICS) bagi UMKM untuk menjadi alternatif penilaian kelayakan kredit selain agunan. Bahkan, menurut Temmy, pihaknya akan mendorong Purchase Order (PO) Financing pada alokasi belanja pemerintah bagi UMKM melalui platform security crowdfunding.

"Perlu ada dukungan besar dari semua pihak untuk meningkatkan akses pembiayaan dan investasi bagi UKM," kata Temmy.

Pendampingan Bisnis

Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan INOTEK, Ivi Anggraeni, menjelaskan program SME Epic sudah bergulir sejak Mei 2024 dengan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap 150 UKM terpilih. Lewat program SME Epic ini, Inotek berusaha membantu para pelaku UKM membedah usahanya dan mengevaluasi kebutuhan pembiayaan yang sesuai.

The Business Link Up kali ini diikuti 26 UKM secara regional di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, dan Sumatera, yang bergerak pada bidang usaha komoditas kelapa, sektor industri kreatif, makanan dan minuman, fashion, dan teknologi, dengan kebutuhan investasi senilai 36 miliar rupiah. "Lembaga pembiayaan yang ikut kegiatan ini berasal dari kalangan perbankan, modal ventura, private investor, angel investor, crowdfunding, dan potential buyer," ujar Ivi.

Pada kesempatan lain, Menteri Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Teten Masduki, menyebut aturan perpanjangan restrukturisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) tengah dalam pembahasan di lingkup Kementerian Koordinator bidang Perekonomian. Menurutnya, restrukturisasi KUR saat ini diperlukan mengingat kondisi perlambatan laju ekonomi global.

Aturan relaksasi kredit tersebut dinilai dapat membantu para pelaku usaha, khususnya UMKM agar tetap bertahan. "Ya, kita tahu ada perlambatan ekonomi dunia, dan itu pasti berdampak kepada penurunan daya beli, dan pasti UMKM omzetnya turun lah. Dan kita pemerintah sudah mencermati perkembangan itu," kata Teten di Jakarta.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top