Minggu, 01 Des 2024, 19:30 WIB

Tingkat Pengangguran SMK Menurun

Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Ali Said, (kiri) dan Plt. Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Tatang Muttaqin (kanan) dalam konferensi pers di Jakarta, pekan lalu.

Foto: Muhamad Marup

JAKARTA - Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Ali Said, mengatakan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) mengalami penurunan selama 2022-2024. Meski demikian, jumlahnya masih paling tinggi dari jenjang pendidikan lain.

"(Tingkat pengangguran SMK) masih dalam tahap tertinggi ya, tapi trennya ada kecenderungan menurun sebenarnya," ujar Ali, dalam konferensi pers di  Jakarta, pekan lalu.

Dia memaparkan, data tingkat TPT lulusan SMK tertinggi ada pada Februari 2022, yakni mencapai 10,39 persen, lalu menurun sampai pada Februari 2023 yang menjadi 8,64 persen. Sementara per Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka dari lulusan SMK mencapai 9 persen.

Ali melanjutkan, pihaknya juga mendata distribusi pengangguran menurut pendidikan yang berbeda dengan TPT. Dalam distribusi pengangguran ini, jumlah pengangguran dibagi dengan keseluruhan yang menganggur.

"Dalam perspektif ini, lulusan SMA yang paling tinggi menganggur dibandingkan dengan lulusan SMK," jelasnya.

Ali mengatakan, kondisi pendidikan vokasi di tingkat menengah (SMK) masih perlu mendapat perhatian dan juga ditingkatkan. Link and match dinilai bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah terjadinya mismatch antara supply yang disediakan oleh lembaga pendidikan vokasi dan demand yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri.

"Selain itu, melatih kemampuan wirausaha juga menjadi penting," lanjutnya.

Penyelarasan Program

Sementara itu, Plt. Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Tatang Muttaqin, mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menyelaraskan kebutuhan dan persediaan antara pendidikan vokasi dengan industri. Beberapa upaya yang dilakukan meliputi program magang, penyusunan kurikulum bersama dengan industri, menyediakan praktisi mengajar, dan pembelajaran berbasis proyek dengan industri.

"Skemanya ada dana padanan, kompetitif, dan hibah. Praktik di dalamnya mendekatkan dunia industri dan dunia kerja dari mulai pemagangan sampai sertifikasi kompetensi," katanya.

Dia mengklaim ada manfaat riil dari kolaborasi itu yang meliputi peningkatan kompetensi peserta didik, membangun sinergi industri dan satuan pendidikan, hingga pengembangan riset dan inovasi. Pemerintah juga dikatakan telah mengembangkan Teaching Factory dengan kualitas baik dan sedang.

"Salah satu hasilnya adalah sebanyak 330.569 siswa SMK telah mendapatkan sertifikasi kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja," ucapnya.

Tatang menyebutkan telah ada 975 mitra industri yang terlibat pada SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) dimana tercapai kontribusi industri sebesar 841,7 miliar rupiah. Manfaat SMK PK diklaimnya sudah dirasakan langsung oleh siswa dan guru, terlihat dari Nilai Asesmen Nasional Siswa SMK PK yang lebih tinggi 10,6 poin dibanding SMK non PK.

"Ada peningkatan guru, instruktur tamu yang relevan dengan dunia kerja," terangnya.

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan: