Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sektor Lamaran - Luas Pertanaman Padi Pandan Wangi Saat Ini Turun

Tindak Tegas Pengoplos Beras

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komisi IV DPR RI mendesak Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementerian Pertanian (Kementan) menindak tegas oknum yang mengoplos beras pandan wangi dengan beras jenis lain. Pasalnya, beras tersebut dijual dengan label Pandan Wangi, namun dicampur dengan beras jenis lain yang berkualitas beda.

Akibatnya, kepercayaan konsumen terhadap beras yang menjadi ikon Kabupaten Cianjur tersebut turun. Sehingga, harga beras Pandan Wangi pun terjun bebas dan membuat minat petani menanam varietas padi tersebut menurun.

"Kita ini suka ditipu mudah banget bikin karung beras dengan tulisan asli Cianjur Pandan Wangi. Kalau belanja beras begitu lihat merknya asli Cianjur langsung dibeli, padahal bukan. Ini sering terjadi maka perlu BSIP menindak tegas yang memalsukan barang dagangan industri yang dikelola oleh para petani tradisional," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dikutip dari laman resmi DPR RI, Rabu (19/7).

Dedi mendorong agar sekali-kali BSIP lakukan sidak ke swalayan, kemudian berasnya diteliti ini beras Cianjur asli atau hanya karung berasnya saja. "Seringkali dibohongin kita beras oplosan dicampur-campur aroma pandan pakai pemutih, ini banyak beredar di pasaran," tegas Dedi saat memimpin Kunker Reses Komisi IV DPR RI ke Kampung Budidaya Pandan Wangi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, Senin (17/7).

Dia juga mengusulkan ke depan istilah varietas padi dikembalikan untuk menggunakan nama-nama tempat di seluruh Indonesia. "Tidak usahlah ada istilah Inpari 12, Inpara 1, lebih baik dikembalikan pakai nama-nama tempat di seluruh Indonesia. Seperti Ciliwung, varietas Citarum, varietas Citanduy, dan sebagainya. Pakai nama-nama lokal agar lebih membumi," ungkapnya.

Guna memastikan penyelamatan varietas pandan wangi, Dedi mengimbau agar Kementan menambah jumlah areal sawah yang ada saat ini. "Jumlah areal sawahnya harus bertambah, sekarang cuma 150 ha, minimal ada 1.000 ha. Mudah-mudahan Kementan, Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi bisa bersinergi untuk bersama-sama memperluas areal sawah ke depannya," tutupnya.

Bupati Cianjur Herman Suherman menjelaskan bahwa Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Jawa Barat. Produksi padi saat ini dituntut untuk berdaya saing tinggi sehingga harus diawali dengan penggunaan benih bermutu. "Kabupaten Cianjur memiliki komoditi unggulan spesifik padi yang telah menjadi trade mark dari kabupaten tersebut, yaitu padi varietas Pandan Wangi," ujarnya.

Luasan Turun

Terkait luas pertanaman padi pandan wangi, saat ini mengalami penurunan. Seperti diketahui, pada 2022 luas tanam 134 ha dan pada 2023 ini baru mencapai 59 ha, yang terdiri dari lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Warung Kondang Desa Tegallega 50 ha, Kecamatan Cianjur 1 ha, Kecamatan Campaka 3 ha, Kecamatan Cugenang 3 ha, dan Kecamatan Gekbrong 2 ha.

"Sementara pengorbanan petani dari sisi waktu, biaya, tenaganya lebih besar untuk Pandan Wangi. Harga berasnya sendiri, Pandan Wangi, belum bisa stabil. Kemudian faktor berikutnya adalah masalah pemasaran secara luas. Kehadiran Pandan Wangi ini belum bisa dipromosikan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan adanya kehadiran varietas sintanur yang aromatik ini kerap kali menjadikan posisi Pandan Wangi itu serba sulit dijual dengan harga tinggi," tambahnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top