Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

"The Reds" Berstatus Favorit

Foto : AFP/Oli SCARFF
A   A   A   Pengaturan Font

Klopp telah membuktikan dirinya sebagai seorang pelatih yang mampu membangkitkan raksasa tidur di panggung Eropa.

LIVERPOOL - Sebagai seorang pengagum yang terinspirasi oleh kisah-kisah tokoh underdog Robin Hood dan Rocky Balboa, Jurgen Klopp mungkin merasa tidak nyaman dengan status favorit yang disematkan kepada Liverpool. "The Reds" dianggap sebagai tim yang bakal mampu melaju ke final dengan menyingkirkan AS Roma. Leg pertama akan digelar di Anfield, Rabu (25/4) dini hari WIB.

Anggapan itu karena pelatih asal Jerman itu sejauh ini telah menunjukkan bukti dirinya mampu membangkitkan raksasa tidur di panggung Eropa. Sukses melaju ke semifinal adalah untuk kali pertama bagi Liverpool dalam satu dekade terakhir. Namun untuk mampu membawa "The Reds" melangkah sejauh itu, Klopp melewatinya dengan perjalanan yang tidak mulus sejak dia tiba di Anfield dua setengah tahun yang lalu.

Setelah menang 5-1 atas Manchester City di perempat final, Klopp mengingat kembali bahwa waktunya kian habis dalam upaya memenuhi janji memberikan trofi bagi Liverpool. Pelatih asal Jerman itu telah melalui lebih dari setengah masa kontraknya yang berdurasi empat tahun.

Pada awal masa kepelatihannya, Klopp kadang-kadang merasa frustrasi dengan suasana Liga Inggris. Kondisi itu menurutnya jauh berbeda dengan yang ditemuinya di Bundesliga Jerman.

Namun kini laga di Anfield akan menjadi langkah pertama saat tim asuhan Klopp mencoba untuk melaju ke partai puncak Liga Champions ke final di Kiev, 26 Mei mendatang.

Klopp menegaskan timnya siap menghadapi tantangan yang sama sekali berbeda saat menjamu Roma. Jelang pertemuan itu, Liverpool menyia-nyiakan keunggulan dua gol dalam hasil imbang 2-2 kontra West Brom di Liga Inggris, Sabtu.

Pelatih asal Jerman itu ingin timnya bagkit dari hasil imbang itu. Namun dia merasakan ancaman berbeda yang akan ditebar Roma di Anfield.

"Jujur, kami tidak membutuhkan bantuan seperti ini (sekedar bagkit dari hasil imbang). Ini tidak seperti kami harus memberi tahu para pemain bahwa ini tidak cukup baik dan kami bisa berbuat lebih baik," ujar Klopp kepada surat kabar Inggris. "Kami akan menghadapi Roma sekarang. Ini akan menjadi pertandingan yang sama sekali berbeda. Mereka memiliki motivasi yang kuat seperti halnya kami," sambungnya.

Kebangkitan Roma

Di sisi lain, pelatih Eusebio Di Francesco telah membawa Roma melaju ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya dalam 34 tahun.

Pelatih berusia 48 tahun itu menggantikan Luciano Spalletti, yang berangkat ke Inter Milan setelah menempati posisi kedua di Serie A pada musim 2016-2017.

Mengambil alih tim yang barus saja ditinggal legenda klub Francesco Totti, Di Francesco mampu memulihkan kondisi Roma. Klub asal ibu kota Italia itu berada di posisi ketiga klasemen Serie A. Roma kini akan berhadapan dengan Liverpool yang secara dramatis mengalahkan mereka lewat adu penalti di final kompetisi antar klub tertinggi Eropa pada 1984 di Stadio Olimpico.

"Sekarang kami semua yakin bahwa kami memiliki pelatih terbaik yang mungkin kami miliki," ujar direktur olahraga klub Monchi setelah Roma mengejutkan Barcelona 3-0 di Stadio Olimpico untuk mengamankan keunggulan agregat 4-4 dan mencapai semifinal lewat gol tandang.

Di Francesco sering dibandingkan dengan Jurgen Klopp untuk gaya kepelatihan dan pakaiannya. Dia seringkali berdiri di pinggir lapangan mengenakan pakaian yang disesuaikan dan memakai kacamata hipster warna-warni.

Di Francesco mengatakan gaya kepelatihannya adalah campuran Carlo Ancelotti dan Antonio Conte. "Saya suka ketenangan Ancelotti dan hubungan yang bisa ia bangun dengan para pemainnya. Conte sangat bagus dari sudut pandang motivasi dan merupakan pekerja hebat.. Saya pikir saya berada di tengah-tengah keduanya," ujarnya. ben/AFP/S-1

Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top